Jumat, 31 Juli 2009

Serangan Israel ke Gaza Merupakan Kewajiban

Kementerian Luar Negeri Israel merilis laporan pembelaan atas serangan tiga pekan Israel ke Gaza awal tahun ini. Dalam laporan itu dinyatakan, operasi militer ke Gaza merupakan kewajiban.

Laporan setebal 163 halaman yang dirilis Kamis kemarin, dan dikutip surat kabar Israel Haaretz itu menyebutkan, Israel memiliki "dua hak, yaitu melakukan aksi militer ke Gaza dan memblokade pebatasan" sebagai reaksi atas serangan roket Hamas.

Laporan bertajuk 'The Operation in Gaza -Factual and Legal Aspects,' itu Israel juga mengakui untuk pertama kalinya menggunakan amunisi bom fosfor putih selama serangan itu.

Namun Tel Aviv membantah jika terkandung bahan kimia mematikan dalam fosfor putih yang mereka gunakan. Bantahan itu bertentangan dengan temuan para ahli, termasuk kalangan medis dan organisasi hak asasi manusia internasional yang jelas-jelas terdapat tanda bekas bahan kimia dalam bom fosfor putih itu.

Masih dinyatakan dalam laporan itu, Israel melakukan penyelidikan terhadap 100 laporan pelanggaran perang, termasuk 13 penyelidikan kejahatan yang sudah diajukan PBB dan kelompok hak asasi manusia.

Seperti diberitakan Press TV, Jumat (31/7/2009), laporan itu rencananya akan dirilis PBB dalam waktu dekat.

Serangan Israel itu menewaskan lebih dari 1.400 orang dan melukai 5.450 orang lainnya. Sebagian besar korban adalah rakyat sipil.[islammuhammadi/mt/press/oke]

Kamis, 16 Juli 2009

UNIFIL Bongkar Pos Spionase Israel di Libanon


Tentara Libanon meminta UNIFIL untuk membongkar sebuah pos spionase Israel di dekat perbatasan wilayah yang diduduki, juru bicara tentara mengatakan.
IDF




Pos spy yang didirikan oleh tentara Israel di dekat Karf Shuba, sebuah desa di luar garis batas desa Ghajar.

Wakil juru bicara UNIFIL (United Nations Interim Forces di Libanon Selatan) Andrea Tenenti mengatakan bahwa di daerah dimana pos itu didirikan "tidak di bawah mandat kami," AFP melaporkan pada hari Selasa. "Tapi kami berusaha untuk mengatasi masalah ini dengan kedua belah pihak , "tambahnya.

Laporan tidak mengatakan kapan pos spionase itu didirikan.

PBB telah membagi perbatasan antara kedua negara setelah pasukan Israel terpaksa menarik diri dari Libanon selatan pada tahun 2000, mengakhir 22 tahun penjajahan.

Wakil PBB ke Libanon Michael Williams mengatakan pekan lalu bahwa ia berharap untuk melihat penarikan Israel sepenuhnya dari bagian utara Ghajar, terutama yang dihuni oleh orang Suriah Alawites.

Pasukan UNIFIL telah diturunkan di Libanon selatan pada tahun 2006 di bawah Resolusi Dewan Keamanan 1701, akhirdari 33-hari invasi Israel di Libanon, yang mengakibatkan kematian lebih dari 1.000 warga sipil Libanon. [IslamTimes/R]

Serdadu Israel ngaku genosida Gaza Palestina

Pengakuan: Operasi Cast Lead Israel adalah Genosida
Yerusalem -BREAKING THE SILENCE: Sekitar 30 tentara Israeli bersaksi tentang pengalamannya dalam operasi militer Cast Lead Israel di Gaza: "Anda merasa seperti kanak-kanak melihat semut dengan kaca pembesar, kemudian membakarnya."
Target Sipil Israel


54 saksi yang melawan tentara Israel yang ikut dalam Operasi Cast Lead mengungkapkan kesenjangan laporan yang diberikan oleh tentara sehubungan dengan peristiwa Januari tersebut ; mereka diperintahkan untuk menghancurkan rumah; pembakaran phosphorous kearah penduduk di daerah-daerah dan mendorong untuk membidikan kesasaran manapun.

Setengah tahun setelah Operasi Cast Lead, organisasi "Breaking the Silence" adalah merilis buku buklet baru ini (Wed. 7 / 15) yang mengungkap pengakuan sejumlah saksi prajurit yang ikut dalam operasi. Saksi yang signifikan menampakkan kesenjangan antara pendapat resmi dari militer Israel dan kegiatan di lapangan.

Di antara 54 pengakuan yang menyatakan telah "mengakui praktik," pemusnahan ratusan rumah, masjid dan sasaran non militer, bahkan menembakkan gas phosphorous ke arah penduduk setempat, membunuh korban tidak berdosa dengan senjata ringan, maka kerusakan harta benda pribadi, dan lebih dari semua, adanya perintah struktur untuk menyiksa prajurit yang sudah tidak berdaya dengan bertindak tanpa moral. Buku kecil ini juga berisikan pengakuan sekitar 30 saksi dari tentara cadangan reguler dari berbagai unit. Saksi menunjukkan bahwa tentara itu tidak diberikan arahan yang jelas tentang tujuan operasi itu dan, sebagaimana salah satu prajurit mengakui, "tidak ada yang mengungkapkan persoalan warga sipil yang tidak bersalah."

Banyak prajurit mengatakan bahwa mereka berjuang tanpa melihat "musuh didepan mata mereka." "Anda merasa seperti anak kecil yang melihat semut dengan kaca pembesar, dan membakar mereka," salah satu prajurit bersaksi bahwa "anak berumur 20 tahun seharusnya tidak melakukan hal-hal semacam ini pada orang lain."

"Kesaksian membuktikan bahwa cara perang itu dilakukan karena sistem setempat dan bukan dari individu prajurit," kata Mikhael Mankin dari "Breaking the Silence."
Diantara kesaksian dari mereka yang ikut dalam operasi:
"Lebih baik menembak orang tak berdosa ketimbang ragu bahwa sasaran adalah musuh," kata seorang tentara yang tidak disebutkan identitasnya merujuk pernyataan atasannya yang selalu mengingatkan hal itu kepada bawahannya.

"Jika Kalian tidak yakin, bunuhlah. Menembak adalah aktivitas kita. Kita masuk ke sini (Gaza) dan membom merupakan kegemaran kita," kata seorang tentara lain yang menirukan pernyataan komandannya.

Dalam laporan setebal 112 halaman, Breaking the Silence juga menyebutkan sebuah tragedi pembantaian yang disebutnya sebagai "cara tetangga". Tentara Israel menggunakan warga sipil sebagai perisai hidup dengan masuk lebih dulu ke sebuah bangunan yang diduga terdapat pejuang Gaza.

Serangan yang berlangsung selama tiga pekan lebih itu menewaskan 1.450 orang. Sebanyak 900 di antaranya merupakan warga sipil. [IslamTimes/R]

Rezim Mahmoud Abbas Tutup Kantor Aljazeera


974p

Otoritas Palestina di Tepi Barat di bawah Mahmoud Abbas sekali menunjukkan sikap tidak terpuji. Pemerintahan buatan Israel ini menutup kantor televisi Aljazeera dengan alasan peliputannya merugikan keamanan dan kepentingan nasional.

Beberapa hari belakangan ini televisi satelit terbesar di Timur Tengah yang bermarkas di Doha Qatar ini melakukan investigasi isu seputar dugaan pembunuhan terhadap Yaser Arafat, Pemimpin Palestina.

Dugaan adanya konspirasi pembunuhan pendiri PLO tersebut dilontarkan oleh salah satu tokoh senior Palestina dan Ketua Biro Politik PLO, Farouk Qaddumi dalam wawancaranya dengan televisi Aljazeera. Salah satu nama yang dikaitkan dengan konspirasi ini adalah Fath Mohammad Dahlan, tokoh moderat Palestina binaan Amerika dan Israel yang juga salah satu orang terdekat Mahmoud Abbas.

Di Gaza, Perdana Menteri terpilih Palestina, Islamil Haniyah, mengecam Pemerintah Mahmoud Abbas atas penutupan kantor Aljazeera seraya menganggapnya sebagai bukti kekerdilannya di hadapan Israel.

Sementara itu faksi Fatah menyesalkan keputusan Pemerintahan Abbas tersebut dan menganggapnya sebagai sikap yang tidak mewakili Fatah sebagai organisasi.

Selasa, 14 Juli 2009

WE WILL NOT GO DOWN

(Song for Gaza)
(Composed by Michael Heart)

Copyright 2009

A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive

They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight!
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right

But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze

We will not go down In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down In Gaza tonight

Terjemahan:

Cahaya putih yang membutakan mata
Menyala terang di langit Gaza malam ini
Orang-orang berlarian untuk berlindung
Tanpa tahu apakah mereka masih hidup atau sudah mati

Mereka datang dengan tank dan pesawat
Dengan berkobaran api yang merusak
Dan tak ada yang tersisa
Hanya suara yang terdengar di tengah asap tebal
Kami tidak akan menyerah
Di malam hari, tanpa perlawanan
Kalian bisa membakar masjid kami, rumah kami dan sekolah kami
Tapi semangat kami tidak akan pernah mati
Kami tidak akan menyerah
Di Gaza malam ini

Wanita dan anak-anak
Dibunuh dan dibantai tiap malam
Sementara para pemimpin nun jauh di sana
Berdebat tentang siapa yg salah & benar

Tapi kata-kata mereka sedang dalam kesakitan
Dan bom-bom pun berjatuhan seperti hujam asam
Tapi melalui tetes air mata dan darah serta rasa sakit
Anda masih bisa mendengar suara itu di tengah asap tebal

Kami tidak akan menyerah
Di malam hari, tanpa perlawanan
Kalian bisa membakar masjid kami, rumah kami dan sekolah kami
Tapi semangat kami tidak akan pernah mati
Kami tidak akan menyerah
Di Gaza malam ini

Mesir Kembali Tolak Bantuan Kemanusiaan Gaza

Dajjal Mubarak
Hosni Mubarak: Antek Israel
Pihak berwenang Mesir menolak mengizinkan masuk para aktivis "Viva Palestina" yang mencoba membawa masuk bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza dengan melintasi Semenanjung Sinai. Konvoi bantuan terbesar yang pernah ada dari para aktivis AS untuk membantu rakyat Gaza itu telah dihentikan di Kanal Suez pada Sabtu (11 Juli 2009) dalam perjalanan ke Al Arish, dimana sisa dari kelompok ini dan perlengkapan lainnya akan bergabung dengan mereka sebelum menuju perbatasan ke Gaza.
Para aktivis ini merupakan bagian dari konvoi sedikitnya 200 orang - semuanya orang AS, termasuk Charles Barron, anggota dewan kota New York City -- yang berencana berada di Gaza hingga 13 Juli.

Mantan anggota Kongres AS asal Georgia, Cynthia McKinney, yang ditangkap oleh pasukan Israel sebelumnya pada bulan ini ketika sedang menuju Gaza untuk misi kemanusiaan, juga akan bergabung dengan konvoi ini.

Aktivis "Viva Palestina" mengatakan meskipun sebelumnya telah ada kesepakatan, para petugas perbatasan Mesir tidak mengizinkan konvoi medis ini untuk melintas dan bahkan mereka mengancam akan menangkap para aktivis....

"Kami bertekad untuk masuk ke Gaza, dan tidak peduli apa yang akan terjadi...kami telah mencapai keberhasilan dalam gerakan untuk mendukung rakyat Palestina. Konvoi ini akan terus berlanjut, dan kami tidak akan membiarkan siapa pun untuk menghentikan kami," kata Barron....

Minggu, 05 Juli 2009

Pengakuan Terakhir Saddam


Saddam

Dalam catatan-catatan interogasi agen-agen FBI dengan mantan penguasa Irak Saddam Husein, ada sejumlah informasi yang menarik untuk kita simak.

Menurut catatan itu, Saddam tak pernah meninggalkan Baghdad setelah invasi AS tahun 2003. Dia baru melarikan diri setelah ibukota itu nyaris jatuh ke tangan AS. Beberapa bulan kemudian, Saddam ditemukan bersembunyi di comberan dalam sebuah perkebunan. Menurut pengakuannnya sendiri, di tempat yg sama itulah dia bersembunyi setelah gagal membunuh PM Irak Abdul Karim Qasim tahun 1959.

Dokumen interogasi itu juga mempertegas sejumlah laporan sebelumnya bahwa Saddam secara sengaja membuat dunia percaya bahwa dia memiliki senjata pemusnah massal (WMD) yang lantas menjadi dalih utama AS menyerang Irak. Alasannya, Saddam takut terlihat lemah di hadapan Iran dan komunitas Syiah di Irak.

Saddam menolak tuduhan bahwa dia menggunakan sosok yang serupa dengannya untuk menghindar dari deteksi musuh. Alih2, dia mengindari pantauan musuh dengan meninggalkan penggunaan telepon kecuali dua kali selama lebih dari satu dekade dan selalu bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Dia tak pernah tidur di satu tempat selama dua malam berturut2. Untuk menyampaikan pesan2nya, dia selalu memakai kurir atau bertatap muka secara langsung.

Dalam interogasi itu, Saddam juga menyangkal bahwa Osama bin Laden sebagai seorang “pejuang”.

Pragmatisme Hamas dalam Persepsi Konflik dengan Israel


[ 01/07/2009 - 07:39 ]

Ali Badwan

El-Hayat Londong

Pidato Kepala Biro politik Hamas, Khalid Mishal beberapa saat lalu menjelang dialog Palestina putaran ketujuh antara Hamas dan Fatah di Kairo sehingga mengundang sejumlah besar tema. Pada saat yang sama, pidato itu mengisyaratkan pragmatisme cukup tinggi yang sudah mulai ada sejak lama dalam mufradat politik gerakan Hamas.

Jika diperhatikan pidato Khalid Mishal yang menyampaikan empat pesan dalam pidatonya di Damaskus dan menjawabnya dengan sekali jawab memunculkan sejumlah pertanyaan yang mengundang kontroversi di Palestina dan bahkan Arab. Apa lantas yang baru dalam pidato Mishal?

Yang baru dalam pidato Mishal adalah pesan pertamanya kepad Amerika Serikat dan Eropa (barat). Isinya tentang pandangan politik Hamas terhadap sejumlah peristiwa di kawasan pasca pidato Obama. Mishal menegaskan bahwa gerakannya menengarai adanya perubahan yang perlu disambut baik dalam cara yang ditempuh Amerika terhadap kawasan Timur Tengah dan dunia Islam. Namun ia meminta agar ada perubahan ril di lapangan dan bukan hanya sihir pidato yang hanya sementara. Perubahan sikap Amerika itu juga diisyaratkan pada pertemuan sejumlah petinggi Hamas dengan mantan presiden Amerika Jimmy Carter.

Sehingga Khalid Mishal atas nama Hamas mengulurkan tangan kepada presiden Obama untuk dialog serius Hamas – Amerika. Hamas juga menyatakan siap dengan solusi berdirinya Negara Palestina dengan berdaulat penuh di atas wilayah jajahan tahun 1967 dengan mengambalikan hak pengungsi untuk kembali ke tanah air mereka. Ini adalah menunjukkan fleksibelitas sikap Hamas dan pragmatism yang tinggi yang mulai membedakan sikap politik harian Hamas.

Pesan kedua, disampaikan Mishal kepada Negara-negara resmi Arab, jarang terjadi Hamas menyampaikan ini secara resmi dan terbuka, bahwa pihaknya tidak rela dengan sikap-sikap Arab dalam perundingannya dengan Israel yang sekarang ini berjalan. Hamas meminta agar Arab memiliki sikap strategi yang baru. Pesan ketiga, soal pidato Netanyahu yang mempertahankan prinsip-prinsip zionisme Israel dengan logat sangat congkak, Mishal kembali membuang jauh-jauh riwayat Netanyahu dan mempertahankan masalah-masalah inti nasionalisme Palestina, terutama hak kembali.

Pesan keempat soal keberhasilan dialog Palestina, Mishal menegaskan bahwa untuk mewujudkan hal ini, harus diselesaikan secara runut tiga hal. Pertama masalah penahanan politik, kedua, membebaskan dialog Palestina dari komitmen dengan Israel dan intervensi asing, ketiga, solusi menyepakati satu paket dan solusi parsial.

Dengan demikian, salah orang meyakni bahwa Hamas berjalan menuju perputaran dramastis dalam program, sikap, dan orientasinya. Perubahan yang dibutuhkan dalam melihat sistem politik membutuhkan proses pematangan, bukan hanya didasarkan kepada analisis teori semata, namun membutuhkan analisis eksperimen.

Hamas memiliki pengalaman politik Islam di Palestina dimana ia diembargo oleh Washington ketika membentuk pemerintahan koalisi nasional dan pengalaman-pengalamannya hingga sekarang.

Jumat, 03 Juli 2009

Saad Hariri, Pebisnis yang Menjadi Perdana Menteri Lebanon

Saad Hariri
Pebisnis yang menjadi PM
Sebelum tampil di pentas politik Lebanon, Saad Hariri anak pertama dari dari istri pertama Rafiq Hariri, lebih dulu dikenal sebagai pebisnis andal di Arab Saudi. Pria berusia 39 tahun yang lahir dan besar di Riyadh, Arab Saudi, itu tercatat sebagai chairman Komite Eksekutif Oger Telecom, raksasa telekomunikasi di Timur Tengah dan Afrika. Selain itu, dia juga pernah menjabat sebagai chairman Omnia Holdings serta anggota dewan direksi Oger International Entreprise de Travaux Internationaux.
Rafiq Hariri, sang ayah yang meninggal dunia dalam teror bom pada 14 Februari 2005 lalu menjadi titik balik kancah politik Saad.

Sarjana bisnis jebolan internasional Georgetown University, Amerika Serikat, tersebut mulai serius berkecimpung di dunia politik. Dia lantas meneruskan perjuangan politik Rafiq.

Puncak perjuangan Saad tercapai pada pemilu parlemen Lebanon 28 Juni lalu. Partainya, Gerakan Masa Depan dan Aliansi 14 Maret, yang mendapatkan sokongan dana dari Saudi Arabia dan Amerika Serikat meraih kursi terbanyak atas kubu 8 Maret.

Setelah ditunjuk sebagai Perdana Menteri Lebanon menggantikan Fouad Siniora, Saad yang beristri asal syiria itu mulai mengadakan konsolidasi politik.

Sebagai kepala pemerintahan, dia bakal menghadapi banyak tantangan. Terutama, perpecahan dalam negeri yang berpotensi mengguncang kepemimpinannya. Untuk menjaga stabilitas pemerintahan, Saad dilaporkan bakal menghadiahkan beberapa kursi di parlemen untuk kubu Suleiman dari kubu Kristen Maronit.

Di awal karir politiknya, Saad memang kurang begitu dikenal. Dia lebih dikenal sebagai jutawan dengan gaya hidup mewah dan foya-foya. Banyak orang menilai karena jejak sang ayahlah Saad sukses meretas karir politiknya.

Menjelang deklarasinya sebagai PM, Saad menemui Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, rivalnya dalam pemilu parlemen. Pasca pertemuan tertutup selama empat jam itu, keduanya sepakat membentuk pemerintahan bersama. Selain bertemu dengan Sayid Hasan Nasrallah, Saad juga bertemu dengan puncuk pimpinan partai-partai berkuasa di Lebanon.

Sebagai Perdana Mentri, tantangan terbesar Saad adalah bagaimana pemerintahannya bisa memotong campur tangan Israel, Amerika Serikat dan Saudi Arabia dalam urusan kebijakan dalam dan luar negeri Lebanon.

Saad Hariri pebisnis yang mempunyai dua warga negara, Lebanon dan Perancis ini akan diuji kemampuannya sebagai Perdana Mentri.

Israel Tahan 21 Aktivis Kemanusiaan untuk Gaza

Anak-anak Palestina
Anak-anak Palestina
Tindakan biadap Israel tak pernah reda, senapan pembunuh mereka tidak hanya dimuntahkan kepada warga sipil tak berdosa Palestina, namuan kepada aktivis kemanusiaan pun tidak luput dari kegaragannya. Baru-baru ini Israel kembali menahan kapal yang mengangkut bantuan kemanusiaan untuk Gaza, Palestina. Tidak hanya barangnya yang disita, juga sebanyak 21 aktivis kemanusiaan ikut ditahan.
Press TV, hari ini, Rabu (1/7/2009) merilis, kapal "Spirit of Humanity" mengangkut aktivis kemanusiaan dari 11 negara ditahan dan menagkap semua aktifis kemenusiaan.

Sebelumnya kapal perang Israel mengancam akan menembak kapal. Namun pimpinan aktivis yang tergabung dalam nama Free Gaza Movement, Huwaida Arraf, menjelaskan bahwa kapal kecil mereka tidak mengancam Israel.

Kepada militer Israel, Arraf mengatakan kapalnya hanya membawa perlengkapan medis dan mainan untuk anak-anak. "Kapal kami juga sudah bebas dari pemeriksaan keamanan oleh otoritas pelabuhan Cyprus," tegasnya seperti yang dikutip oleh Press TV.