Senin, 29 Juni 2009

Hamas… Orsinilitas Tarbiyah, Realitas Pergerakan




Abu Mu’tasim


Jika diamati, dalam mentarbiyah kader dan anggotanya, membentuk kepribadiannya, dalam berorganisasi dan pola piker, laki-laki dan perempuan, gerakan Hamas berusaha mendidik generasi Qurani dan Nabawi yang unik. Mereka disiapkan untuk menjadi elemen dasar yang orsinil dalam bangunan proyeksi kemenangan mendatang bagi Islam agung dengan izin Allah.

Setelah perjalanan panjang tarbiyah, dakwah, pembangunan, organisasi, dan jihad, Hamas hari ini memiliki poin tarbiyah bermuatan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dikelola dalam mendidik dan membina kader-kadernya. Hal itu menciptakan gelombang generasi yang kuat yang mampu membangun organisasi yang kuat dan solid berdasarkan kecintaan, persaudaraan, orsinilitas, jauh dari spontanitas dan hal yang tanpa perasaan.

Hamas berusaha membentuk dan memformulasi masyarakat Muslim yang bisa menjaga harga diri (iffah), bersih, dan peka dari praktik manipulasi dan mudah hanyut, membentengi diri sikap koalisi dengan musuh atau menjadi agensi mereka dan tindakan moral rendahan, imun terhadap upaya penumpulan perasaan dan kepekaan terhadap rasa tanggung jawab terhadap masalah nasional kebangsaan, rakyat dan masalanya.

Pelurusan orientasi kepada Allah, mengikhlaskan niat, amal, menyempurnakan tajarrud, loyalitas yang baik, pemahaman, kecintaan berkorban, berjuang, jihad, membebaskan diri dari balasan dunia adalah sederatan factor utama yang ditanamkan secara kuat oleh Hamas dalam model dakwahnya melalui pangkuan tarbiyah. Hamas menyadari sejak awal dibentuk tentang urgensi keikhalasan dalam berorientasi kepada Allah. Ia dijadikan manzilah ula (prioritas utama) dalam tarbiyah. Apalagi ia menjadi rukun dasar dari 10 rukun baiat yang ditentukan oleh Imam Hasan Al-Banna – rahimahullah –soal persepsinya tentang kepribadian muslim aktifis menuju islamisasi masyarakat dan membebaskan mereka dari penghambaan sistem, konsep, dan berhala lain menuju penghambaan Allah Rabbul ‘alamain.

Konsentrasi pembinaah dakwah Hamas adalah pemenuhan (respon) fitrah terhadap panggilan Allah; dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (At-Taubah: 105)

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” (Ali Imran: 19)

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.” (Al-Bayyinah: 5) ; sebagai wujud pemahaman dari sabda Rasulullah, “Aku tinggalkan kepada kalian, jika kalian berpegang teguh dengannya maka kalian tidak akan tersesat; yakni kitab Allah dan Sunnahku,” ;sebagai realisasi dari ucapan Umar Al-Faruq bin Al-Khattab, “Kami adalah kaum yang dimuliakan Allah dengan Islam, jika kita mencari izzah (kemuliaan dan harga diri) selainnya maka Allah akan menghinakan kami,” ; sebagai upaya mencari kehormatan melalui beruswah dengan kehidupan sahabat Rasulullah yang bernaung dibawah cahaya kenabian dan lulus dari madrasah Rasulullah saw. Merekalah generasi pertama yang membangun berdirinya Negara Islam pertama di Madinah Al-Munawwarah.

Ketika fajar terbitnya, Hamas telah mempelajari realitas dan watak-watak fase yang akan dilaluinya. Ia kemudian meletakkan manhaj yang diserap dari kitab Allah dan Sunnah Nabinya serta buku-buku keimaman yang dipenuhi dengan eksperimen ulama salaf. Hamas maju dengan percaya diri berusaha menanamkan Islam dalam sanubari kadernya semampu yang ia bisa dan selagi ada jalan. Maka Hamas memperoleh massa di kalangan kaum muda kualitas dan kuantitasnya sebagai mukmin yang percaya dan yakin akan kebenaran manhaj dan realitas pergerakan.

Warisan keimanan, pemikiran jernih bersinar, ilmu syar’i, keunikan dalam tarbiyah dai berdasarkan Al-Quran, Sunnah, hadits, syariat, ilmu-ilmu modern, ragam kerja kelembagaan, semuanya mampu menarik simpati pemuda kepada Hamas yang bukan hanya menghafal Al-Quran, hadits, shalat malam, puasa di siang hari, bukan hanya itu, namun Hamas memiliki potensi manusia (SDM) beragam, kader yang Ilmu pengetahuan berbeda-beda dalam ilmu, social, politik, budaya dan militer. Sehingga mampu berada di depan dan mampu memberikan sumbangsih keterbukaan politik yang lentur dan didasarkan pada batasan-batasan syariat dan agama.

Sesungguhnya tarbiyah Hamas berawal dari masjid karena ia ingin mereformasi kehidupan Palestina dengan cara yang benar. Hamas membangun pondasinya di samping mihrab dan mengajarkan anak-anaknya memahami fiqih realitas dan fiqih amal di atas sajadah shalat.

Harus kami ingatkan di sini, bahwa tarbiyah Hamas sama sekali tidak memaksa, mengisi otak setelah brand washing. Namun Hamas melakukan pencerahan, mengarahkan, memberikan pendapat dan pemikiran, diskusi, memberikan alasan dan hujjah, meyakinkan, dengan dibarengi eksperimen dan penerapan. Hamas maju tidak dengan menerka-nerka namun dengan rencana dan studi yang matang yang diracik oleh ulama-ulama pendiri gerakan ini berdasarkan kepada esensi agama, ilmu dan pengalaman generasi terdahulu dan sekarang.

Terbiyah Hamas didasarkan kepada penghormatan orang lain meski berbeda pendapat. Ia menghormati HAM sebab tarbiyahnya tidak otoriter, namun menyentuh kalbu dan perasaan. Ia mengusai perasan mereka kemudian mereka mengimani pemikiran Hamas dan menerapkan intruksinya. Hamas adalah gerakan amali yang menerima sejumlah besar massa kemudian disaring namun tetap bisa merawat yang belum tersaring. Hamas memasuki semua lini, sekolah, perguruan tinggi, lembaga social, lembaga asosiasi. Kadernya hidup di desa, kamp pengungsi dan kota-kota. Hamas memanfaatkan bulletin, buku, kaset, CD, Koran, radio, TV, internet. Menggunakan forum diskusi, ceramah, pameran sebab Hamas sadar media adalah senjata darurat dalam menyampaikan gagasan.

Tarbiyah Hamas memberikan kebebasan bergerak, berinovasi, dan berkreasi dengan tetap komitmen dan disiplin terhadap prinsip.

Tarbiyah Hamas menjaga keseimbangan dan konperhensif serta memperdalam spesialis. Hamas tidak mengalahkan politik atas ibadah, tidak mengalah pemerintahan atas perlawanan. Hamas mengkompromikan kerja social, politik, agama dan perlawanan sampai pada urusan olah raga dan seni.

Tarbiyah Hamas didasarkan kepada kejujuran, loyalitas, kesetiaan kepada baiat dengan pemahaman dan keyakinan tidak ada taklid buta atau menghilangkah kepribadian. Namun menyeimbangkan antara jundiyah (kader) dan qiyadah (pimpinan). Hamas tenang tapi kadang bergelora menantang dengan tetap terukur. Pengalaman mengajarkan kepada Hamas untuk menahan emosi, sehingga tidak ngawur dan terburu-buru.

Di tengah ujian berat, tekanan dalam dan luar negeri, Hamas hari ini masuk tetap konsisten dengan slogan “tidak ada solusi kecuali Islam”.

Obama nato= no action talk only = ngomong doang

Kontrovesi Politik dan Ideologi dalam Pidato Obama


Husam Dujani

Barack Husain Obama Presiden Amerika Serikat memulai lawatan kunjungannya Timtengnya di Turki, Negara Islam terbesar. Ia mengunjungi mesium Aya Sofia dan Masjid Biru di Istambul. Saat itu ia mendeklrasikan bahwa negaranya tidak sedang dalam perang dengan Islam. Obama menawarkan kemitraan dengan dunia Islam.

Lawatan berikutnya ia berkunjung ke Kerajaan Arab Saudi, “negeri dua tempat suci”. Obama mendengarkan nasihat raja Abdullah bin Abdul Aziz agar mendekati hati bangsa Arab dan kaum muslimin. Benar saja, Obama merespon positif seruan itu. Itu terlihat dalam pidatonya di Universitas Kairo.

Mr. Barack Husain Obama adalah presiden terpilih dari Partai Demokrat yang menempuh jalan pragmatis berbeda 180 derajat dengan pendahulunya Bush dari Partai Republik yang menempuh jalan ideologis.

Namun jika diperhatian pidato Obama di Univeritas Kairo, kita menemukan Obama berusaha meraup emosi dan simpati Arab dan umat Islam dengan menggunakan pidato politik ideology. Di awal pidatonya ia mulai menyambut perdamaian, menyitir ayat Al-Quran, menyinggung perempuan, meminta dihentikan aksi permukiman Israel, demokrasi dan menyampaikan pandangan soal ekstrimisme di Pakistan, Aganistan, Irak, dan nuklir Iran.

Benar, Obama mengenakan pakaian sorban sebagai pengakuan jelas bahwa ideology adalah pemain utama di kawasan dan bahwa konflik dengan Israel adalah konflik ideology yang dibungkus dengan cover politik. Emosional public Arab dan Islam berjalan menuju islamisasi dan mengadopsi pilihan gerakan Islam politik sebab sekularisasi sudah berakhir eranya. Fajar kembalinya khilafah Islam sudah tiba.

Dari level politik, Mr. Obama menyampaikan delapan masalah yang diurutkan berdasarkan prioritas dan kepentingan Amerika di kawasan Timteng. Di urutan pertama masalah terorisme internasional dan cara menghadapinya. Masalah Palestina ada di urutan ketiga. Ini memang fase baru dalam tataran hubungan diplomasi dengan dunia Arab dan Islam. Namun sebagai bangsa dan umat Islam harus menyikapinya berdasarkan tindakan dan bukan perkataan. Citra Amerika akan baik di mata Arab dan umat Islam jika mereka membebaskan Jalur Gaza dari blockade atau membebaskan 1,5 juta warga Jalur Gaza dari penjara besar bernama Jalur Gaza atau mengakhiri penjajahan dan mendirikan Negara Palestina dengan ibukota Al-Quds.

Jika AS menarik pasukannya dari Irak dan Afaganistan, maka saat itu kita bisa katakana Obama berteman dengan Arab dan umat Islam dan kita akan membuang kekerasan dan terror. Sebab fenomena ekstrimisme dan kekerasan adalah akibat dari manajemen konflik yang dibuat oleh Israel dan Amerika melalui perang salib terhadap Islam dan kaum muslimin dengan menjajah tanah Islam dan Arab serta mengeruk kekayaan alam yang mereka miliki.

Jika Israel membebukan produksi senjata nuklirnya, kita semua akan menekan Iran menghentikan aktifitas nuklirnya. Dan bisa kita katakan bahwa perdmaian dan keamanan di Timteng akan menjadi tema utama fase mendatang.

Selasa, 23 Juni 2009

Kenapa Pidato Obama Tidak Mengelabui Kita




Yaser Zaaterah

Dostor Jordania

Jika perbedaan bahasa Obama dan pendahulu Bush yang menentukan penyikapan kita terhadap politik presiden Amerika ini, maka itu sama saja dengan musibah. Sebab pada dasarnya menyikapi politik itu didasarkan kepada tindakan nyata dan bukan kata-kata. Obama memang tidak hanya mengubah bahasa dengan kita (umat Islam) saja, namun ia lakukan itu dengan Negara-negara dunia termasuk Cina, Rusia, Eropa dan Negara-negara Amerika Latin. Namun apakah politik Amerika berubah seluruhnya, dan kita akan melihat Negara besar tanpa “jiwa kekaisaran dan imperialism” atau ada sesuatu di belakang ini? inilah adalah pertanyaan yang paling penting yang harus bijaksana dalam menyikapinya. Apalagi bagi kekuatan-kekuatan perlawanan dan kelompok antipati terhadap Amerika. Sebab kita menemukan orang-orang menjadi tawanan kata-kata Obama dari kalangan umat Islam, tanpa bertanya dalam diri mereka apakah ada perubahan hasil otoritas pribadinya terhadap lembaga pemerintahan dalam negerinya, atau perubahan itu terjadi sebagai hasil kesepakatan lembaga-lembaga lainnya yang melihat kebutuhan untuk mengubah peta politik untuk kepentingan Amerika Serikat? Membaca perubahan strategis hanya melalui perubahan pribadi presiden adalah kurang pertimbangan. Saya percaya bahwa jika John McCain memenangkan pemilihan presiden ia tidak akan mengulangi strategi Bush. Buktinya transfer Jenderal Petraeus ke Afghanistan dilakukan sebelum pemilihan presiden. Sementara Obama tetap mempertahankan menteri pertahanan republic tetap di posisinya semula.

Yang dilakukan Obama hari ini adalah merupakan produk dari konsensus tentang cara untuk mengeluarkan AS dari kubangan diciptakan oleh kebijakan Bush: baik berupa krisis keuangan akibat beban anggaran di Irak, Afghanistan dan Pakistan, disamping tanpa berhenti menyikapi masalah Timur Tengah seperti Irak, Palestina dan Lebanon dengan memihak kepada agenda-agenda Negara Israel. Tentu saja, karena suara dukungan Kongres, baik Demokrat dan Republik penuh mendukung Israel.

Tidak perlu disangkal lagi bahwa Amerika, setelah Bush telah berada dalam posisi sulit dan dilematis. Agar ia kembali bisa mempengaruhi dan mengembalikan kekuatannya di level internasional, harus ada pendekatan baru. Yakni pendekatan berinteraksi dengan Negara-negara besar dengan logika kemitraan, dengan semangat “Big Brother” dan berinteraksi dengan “kasih saying” dengan negara-negara Arab dan Muslim agar Negara-negara itu bisa membantu AS menghentikan pertumbahan darah dan harta di Irak dan Afghanistan. Singkatnya, barang siapa yang meminta orang agar membantunya agar sembuh tidak mungkin dengan logika “tuan dan budak”.

Disini timbul pertanyaan yang sangat penting: Apakah termasuk kepentingan kita bangsa Arab dan Muslim jika Amerika pulih dari krisis-krisisnya dan otoriternya kembali menguasai dunia? Jawabannya adalah tidak. Faktornya, karena kita paling dirugikan oleh otoritarianisme Amerika itu. Seharusnya kepentingan kita adalah bagaimana terjadi kristalisasi pruralitas blok sehingga memungkinkan kita bergerak bebas mewujudkan proyek kita sebagai umat.

Gagasan ini akan lebih terasa urgen jika dipahami bahwa Obama tidak dan tidak akan memberikan kepada kita sebagai bangsa untuk bekerjasama dengannya. AS hanya akan memberikan kebebasan kepada pemerintah resmi untuk menyikapi para kelompok oposisinya (perlawanan) dengan cara yang menyenangkan AS sendir.

Di Palestina, solusi dua Negara seperti yang promosikan Obama harus kita sikapi sebagai konspirasi untuk menghapus Palestina (karena ia nantinya hanya berupa Negara “kantong” yang tidak berdaulat dan pengungsi Palestina tidak kembali).

Kamis, 11 Juni 2009

Kelompok dan Tokoh Lebanon Peringatkan Konspirasi Amerika dan Israel

Thursday, 11 June 2009 Hizbullah Lebanon mengecam berlanjutnya intervensi Amerika terhadap urusan dalam negeri Lebanon. Dalam pernyataan yang dikeluarkan, Hizbullah mengecam intervensi, terutama analisa, ungkapan-ungkapan provokatif dan upaya pecah belah para pejabat Amerika mengenai hasil pemilu legislatif Lebanon. Hizbullah juga mengingatkan, sikap para pejabat Amerika dalam hal ini menunjukkan kegeraman mereka akan perhatian bangsa Lebanon terhadap muqawama.

Sikap rakyat Lebanon kepada Hizbullah dan berhasilnya semua kandidat Hizbullah dalam pemilu parlemen menunjukkan betapa rakyat Lebanon tidak berhasil dipengaruhi konspirasi para pejabat Amerika. Begitu juga dengan melihat data pemilu Lebanon menunjukkan popularitas Hizbullah semakin meningkat. Sekalipun kelompok pro-Barat 14 Maret berhasil memenangkan pemilu kali ini dengan perbedaan tipis dari kelompok 8 Maret akibat intervensi negara-negara Barat dan sebagian negara Arab, namun kelompok pendukung muqawama, 8 Maret masih tetap populer di mata masyarakat.

Televisi Al-Manar dalam laporannya menyebutkan, saat data berbicara tidak ada alasan untuk mengingkari. Hasil pemilu legislatif Lebanon menunjukkan Hizbullah dan sekutu 8 Maret-nya masih lebih populer di tengah-tengah masyarakat. Setelah diumumkannya hasil akhir pemilu masalah ini menjadi bukti bagi semua orang bahwa aturan pemilu dan cara pembagian kursi parlemen di kota-kota Lebanon tidak realistis dan bukan keinginan rakyat.

Berdasarkan data resmi yang telah diumumkan oleh pemerintah Lebanon, dari 1,5 juta suara pemilih pemilu parlemen sekitar 850 ribu suara sebanding dengan 55 persen suara keseluruhan milik wakil-wakil kelompok 8 Maret. Sementara kelompok pro-Barat 14 Maret yang disebut menang sejatinya hanya meraup suara sebanyak 650 ribu yang berarti hanya 45 persen dari jumlah suara keseluruhan. Artinya, kelompok 14 Maret sebagai pemenang pemilu ternyata meraih suara lebih sedikit ketimbang rival mereka dan tentu saja ini membuat aturan pemilu parlemen negara ini patut mendapat pertanyaan serius.

Mencermati kenyataan ini, rezim Zionis Israel terpaksa harus mengakui betapa kekuatan posisi Hizbullah masih akan terus berlanjut. Menteri Peperangan Israel Ehud Barak memperingatkan kepada orang-orang Zionis agar tidak membuat mereka terlena. Karena Hizbullah masih tetap kuat dan aktif di kancah politik Lebanon. Sementara Nabih Berri, Ketua Parlemen Lebanon juga tidak lupa mengingatkan rakyat Lebanon mengenai konspirasi Zionis Israel. Ditegaskannya, Israel tetap menjadi musuh nomor satu Lebanon dan tetap berusaha menghancurkan persatuan dan rekonsiliasi nasional di negara ini.

Hariri Akan Bekerjasama dengan Hizbullah

Friday, 12 June 2009 Sample ImageKetua Partai Al-Mustaqbal Lebanon, Saaduddin Hariri dan para pemimpin Kelompok 14 Maret menyatakan akan bekerjasama dengan Gerakan Perlawanan Islam Lebanon (Hizbullah) dalam membentuk kabinet yang efektif. Sebagaimana dilaporkan wartawan IRIB dari Beirut, Hariri mengatakan, menyusul berakhirnya masa pemilu parlemen, pemisahan dua kelompok besar pada masa pemilu juga harus berakhir. Dikatakannya, semua pihak harus mengetahui bahwa seluruh masalah hanya dapat diselesaikan dengan kerjasama. Hariri juga menuding rezim Zionis Israel sebagai pihak yang bertanggungjawab dalam mencegah berbagai upaya untuk mewujudkan perdamaian di Timur Tengah.

Hariri juga mengolok Israel soal hasil pemilu Lebanon seraya menegaskan, "Kita tidak condong terhadap Israel seperti yang diklaim oleh Barat melainkan pendukung dan pembela Lebanon." Pada pemilu parlemen Lebanon periode ke-18, Kelompok 14 Maret memperoleh 69 kursi dari total 128 kursi. Adapun Kelompok 8 Maret yang berafiliasi dengan Hizbullah mendapat 57 kursi dan kelompok independen meraih dua kursi.

Rabu, 10 Juni 2009

Lawatan Solana dan Mitchell Usai Kemenangan 14 Maret

Ketua Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Javier Solana dan Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah, George Mitchell melakukan kunjungan ke kawasan. Misi dua pejabat tinggi AS dan Uni Eropa itu disebut-sebut untuk menghidupkan kembali proses perundingan damai di Timur Tengah. Hasil pemilu legislatif di Lebanon yang dimenangkan kubu 14 Maret pro Barat menjadi penggerak utama AS untuk menggulirkan kembali perundingan. Solana dan Mitchell dalam lawatannya ini akan mengunjungi Palestina pendudukan, Suriah, Lebanon dan Mesir.

Dalam lawatannya ke Palestina pendudukan keduanya akan membujuk Rezim Zionis Israel untuk menerima pembentukan negara independen Palestina. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dan Menteri Luar Negeri rezim ini, Avigdor Lieberman merupakan sosok yang menentang keras pembentukan negara Palestina. Di sisi lain, kebuntuan yang dihadapi AS dan Eropa dalam proses perundingan damai Timur Tengah tidak akan sirna tanpa pembentukan negara Palestina merdeka. Namun, sayap kanan Zionis tetap berupaya mewujudkan Israel Raya, sebuah impian yang dipandang AS dan Eropa hanya sekedar fatamorgana.

Oleh kerena itu, kini antara Israel dan pendukungnya muncul friksi yang tajam. AS dengan dukungan Uni Eropa berusaha keras meyakinkan para pejabat Tel Aviv agar bersedia menerima usul pembentukan negara Palestina merdeka. Lawatan Solana dan Mitchell ke Lebanon, Suriah dan Mesir juga dimaksudkan untuk menarik dukungan bagi menekan Israel dalam hal ini serta melancarkan proses perdamaian di kawasan.

Lawatan Micthell ke Suriah adalah untuk pertama kalinya setelah ia menjabat utusan khusus AS untuk Timur Tengah. Micthell mendapat tugas dari Presiden AS, Barack Obama untuk menekan ketegangan antara Washington-Damaskus. Di lain pihak, kemenangan kubu 14 Maret pro Barat dalam pemilu legislatif Lebanon menjadi kesempatan bagi AS dan Uni Eropa untuk kian mengucilkan Hizbullah dan Hamas. Program ini telah dilaksanakan dengan baik oleh Mesir sebagai kaki tangan AS. Mesir pasca perang 22 hari di Jalur Gaza sibuk menfitnah Hizbullah dan tetap menutup perbatasannya dengan Gaza.

Meski koalisi kubu 8 Maret di pemilu legislatif Lebanon tidak berhasil meraih suara mayoritas, namun hal ini tidak menunjukkan kelemahan muqawama. Dalam pemilu tersebut berbagai parameter sangat menentukan kemenangan. Di antaranya adalah dana puluhan juta dolar yang disumbangkan Barat dan sekutunya kepada kubu 14 Maret. Peran vital Hizbullah dan Hamas dalam pentas politik kawasan tidak dapat dipungkiri. Oleh karena itu, upaya AS dan sekutunya untuk mengucilkan kelompok perjuangan Islam ini sulit untuk direalisasikan. Jika hal ini terjadi, maka popularitas kelompok pejuang akan makin besar di mata bangsa kawasan.

Senin, 08 Juni 2009

Anti-Semitisme oleh Carlos Latuff

anti_semitism_by_latuff2

APAKAH ISRAEL SATU-SATUNYA NEGARA DEMOKRASI DI TIMUR TENGAH?

Demokrasi ditegakkan di atas serangkaian prinsip, seperti penghormatan atas hak minoritas, kesetaraan di hadapan hukum, kebebasan sipil, dan penghargaan atas hak asasi manusia. Lalu, apakah benar bahwa Israel merupakan satu-satunya negara demokrasi di Timur Tengah, sebagaimana selama ini digembar-gemborkan media-media Barat? Dengan mempelajari fakta-fakta berikut, anda akan menjadi hakimnya. Tahukah anda bahwa:

  • Sekitar 1,5 juta warga Arab di Israel hidup dalam ghetto-ghetto yang terpisah-pisah, yang tak terjamah pembangunan dengan angka pengangguran yang tinggi, serta kekurangan layanan publik yang mendasar, seperti akses jalan, sanitasi, listrik, dan sekolah?
  • 95% dari wilayah Israel (yang dulunya sebagian besar adalah milik para pengungsi Palestina) hanya boleh didiami oleh orang Yahudi?
  • Minoritas warga Arab di Israel yang merupakan seperempat penduduk Israel dibatasi pada 3% dari wilayah Israel?
  • Kewarganegaraan Israel terbuka bagi imigran Yahudi dari seluruh negara di dunia, sementara pengungsi Palestina yang lahir di negeri itu, baik yang Muslim maupun Kristen, tidak bisa mendapatkan kewarganegaraan Israel?
  • Hukum-hukum yang mengatur warga Arab di Israel dibedakan dari hukum-hukum yang mengatur warga Yahudi?
  • Di wilayah pendudukan Tepi Barat, terdapat “jalan-jalan khusus Yahudi” dan “jalan-jalan khusus non-Yahudi”?
  • Israel mengeluarkan KTP dimana agama si pemegang KTP dicetak dalam tinta tebal?
  • Di wilayah pendudukan Tepi Barat, plat mobil milik penduduk Arab berbeda dengan yang dimiliki para pemukim ilegal Yahudi?
  • Lebih daripada itu, sebuah negara tidak bisa disebut demokrasi sementara pada saat yang sama dia juga adalah rezim pendudukan di suatu wilayah. Menurut kolumnis Haaretz, Gideon Levy, ketika menjadi rezim pendudukan di Palestina, maka Israel berhenti menjadi negara demokrasi.

Akhirnya, patut ditekankan bahwa “demokrasi Israel” adalah inkarnasi dari “demokrasi Apartheid Afrika Selatan”. Dulu, dikatakan bahwa Apartheid Afrika Selatan adalah satu-satunya demokrasi di Afrika. Namun demikian, ia hanyalah demokrasi bagi ras kulit putih semata, seperti juga Israel hanyalah demokrasi bagi Yahudi belaka. Berbicara tentang “demokrasi Israel” tidak lain hanyalah propaganda yang terdengar indah di media-media Barat.

Benarkah Palestina Tanah Yang Dijanjikan Tuhan untuk Bangsa Yahudi?


Q: Di dalam Bibel, Tuhan telah menjanjikan tanah Palestina (Tanah yang Dijanjikan) kepada keturunan Ibrahim as dari Ishaq as (bangsa Yahudi), maka mengapa bangsa Palestina mengingkari janji Yang Mahakuasa?
A: Argumen seperti ini sarat dengan kelemahan. Mungkin akan lebih efektif untuk menjawab pertanyaan di atas dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
• Siapakah bangsa Yahudi itu? Apakah bangsa Yahudi berhubungan dengan ras atau agama Judaisme? Inilah pertanyaan yang paling sulit dijawab komunitas Yahudi di seluruh dunia.
• Tahukah anda, bahwa hukum di Israel memberikan status kewarganegaraan secara otomatis kepada banyak orang dari berbagai belahan dunia yang masuk agama Judaisme, sementara suku-suku Yahudi di Yaman, Palestina, dan Iraq yang telah memeluk Islam dan Kristen tidak diperbolehkan menjadi warga negara Israel? Padahal, bukankah mereka juga keturunan Ibrahim as dari Ishaq as?
• Untuk sejenak, mari kita bayangkan orang-orang Palestina secara massal berpindah agama dengan memeluk Judaisme, lantas apakah hal ini akan mengakhiri konflik Israel-Palestina? Atau dapatkah anda membayangkan pemerintah Zionis-Israel mau merevisi definisinya tentang “SIAPAKAH YAHUDI” itu?
• Tahukah anda, bahwa setengah dari jumlah orang Rusia yang berimigrasi ke Palestina pada awal Abad ke-20 menjadi “Yahudi” hanya karena dulu ibu-ibu mereka berpindah agama dengan memeluk Judaisme? Apakah anda masih percaya bahwa orang-orang ini berhak memiliki “Tanah Yang Dijanjikan” atas dasar janji Tuhan di dalam Bibel tersebut?
• Tahukah anda, bahwa “Tanah Yang Dijanjikan” di dalam Bibel mencakup wilayah-wilayah dari Sungai Nil di Mesir hingga Sungai Eufrat di Iraq? Apakah ini bermakna bahwa Israel di masa depan akan mencaplok negara-negara seperti Jordan, Syria, Lebanon, Mesir, dan bagian Selatan Turki? Apakah hal ini bisa menjelaskan mengapa Israel hingga kini tidak pernah menetapkan batas-batas negaranya?
• Akhirnya, mari kita berasumsi bahwa Tuhan memang membuat janji tersebut di dalam Bibel, maka pertanyaannya adalah mungkinkah Tuhan, dalam satu titik sejarah, telah membuat sebuah janji yang rasis?
Pendek kata, tidak akan ada peradaban yang akan langgeng jika ia didasarkan atas eksklusivitas, alih-alih inklusivitas. Dan Israel hanyalah sebuah penggalan sejarah yang singkat.

Duta Besar Israel di Swedia Dilempari Sepatu

Sebuah sepatu dilemparkan ke arah Duta Besar Israel untuk Swedia, Benny Dagan, ketika si dubes menyampaikan ceramah di Stockholm University. Tidak seperti sepatu Muntazer al Zaidi yang luput mengenai Bush, sepatu Swedia ini menghantam perut si dubes. Tak cuma itu, dua buah buku dan satu note pad menyusul terbang menyasar Tuan Dagan yang “malang”…

Dua orang pemerotes, satu perempuan dan satu laki-laki, berteriak, “Pembunuh…intifada!!!”

Saatnya, anak-anak muda Eropa tidak lagi terbebani oleh mitos-mitos “holocaust”, dan menyatakan sikapnya untuk kemanusiaan dan keadilan bagi Palestina. (sumber: a-mother-from-gaza.blogspot.com)