Senin, 29 Juni 2009

Obama nato= no action talk only = ngomong doang

Kontrovesi Politik dan Ideologi dalam Pidato Obama


Husam Dujani

Barack Husain Obama Presiden Amerika Serikat memulai lawatan kunjungannya Timtengnya di Turki, Negara Islam terbesar. Ia mengunjungi mesium Aya Sofia dan Masjid Biru di Istambul. Saat itu ia mendeklrasikan bahwa negaranya tidak sedang dalam perang dengan Islam. Obama menawarkan kemitraan dengan dunia Islam.

Lawatan berikutnya ia berkunjung ke Kerajaan Arab Saudi, “negeri dua tempat suci”. Obama mendengarkan nasihat raja Abdullah bin Abdul Aziz agar mendekati hati bangsa Arab dan kaum muslimin. Benar saja, Obama merespon positif seruan itu. Itu terlihat dalam pidatonya di Universitas Kairo.

Mr. Barack Husain Obama adalah presiden terpilih dari Partai Demokrat yang menempuh jalan pragmatis berbeda 180 derajat dengan pendahulunya Bush dari Partai Republik yang menempuh jalan ideologis.

Namun jika diperhatian pidato Obama di Univeritas Kairo, kita menemukan Obama berusaha meraup emosi dan simpati Arab dan umat Islam dengan menggunakan pidato politik ideology. Di awal pidatonya ia mulai menyambut perdamaian, menyitir ayat Al-Quran, menyinggung perempuan, meminta dihentikan aksi permukiman Israel, demokrasi dan menyampaikan pandangan soal ekstrimisme di Pakistan, Aganistan, Irak, dan nuklir Iran.

Benar, Obama mengenakan pakaian sorban sebagai pengakuan jelas bahwa ideology adalah pemain utama di kawasan dan bahwa konflik dengan Israel adalah konflik ideology yang dibungkus dengan cover politik. Emosional public Arab dan Islam berjalan menuju islamisasi dan mengadopsi pilihan gerakan Islam politik sebab sekularisasi sudah berakhir eranya. Fajar kembalinya khilafah Islam sudah tiba.

Dari level politik, Mr. Obama menyampaikan delapan masalah yang diurutkan berdasarkan prioritas dan kepentingan Amerika di kawasan Timteng. Di urutan pertama masalah terorisme internasional dan cara menghadapinya. Masalah Palestina ada di urutan ketiga. Ini memang fase baru dalam tataran hubungan diplomasi dengan dunia Arab dan Islam. Namun sebagai bangsa dan umat Islam harus menyikapinya berdasarkan tindakan dan bukan perkataan. Citra Amerika akan baik di mata Arab dan umat Islam jika mereka membebaskan Jalur Gaza dari blockade atau membebaskan 1,5 juta warga Jalur Gaza dari penjara besar bernama Jalur Gaza atau mengakhiri penjajahan dan mendirikan Negara Palestina dengan ibukota Al-Quds.

Jika AS menarik pasukannya dari Irak dan Afaganistan, maka saat itu kita bisa katakana Obama berteman dengan Arab dan umat Islam dan kita akan membuang kekerasan dan terror. Sebab fenomena ekstrimisme dan kekerasan adalah akibat dari manajemen konflik yang dibuat oleh Israel dan Amerika melalui perang salib terhadap Islam dan kaum muslimin dengan menjajah tanah Islam dan Arab serta mengeruk kekayaan alam yang mereka miliki.

Jika Israel membebukan produksi senjata nuklirnya, kita semua akan menekan Iran menghentikan aktifitas nuklirnya. Dan bisa kita katakan bahwa perdmaian dan keamanan di Timteng akan menjadi tema utama fase mendatang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar