Rabu, 10 Juni 2009

Lawatan Solana dan Mitchell Usai Kemenangan 14 Maret

Ketua Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Javier Solana dan Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah, George Mitchell melakukan kunjungan ke kawasan. Misi dua pejabat tinggi AS dan Uni Eropa itu disebut-sebut untuk menghidupkan kembali proses perundingan damai di Timur Tengah. Hasil pemilu legislatif di Lebanon yang dimenangkan kubu 14 Maret pro Barat menjadi penggerak utama AS untuk menggulirkan kembali perundingan. Solana dan Mitchell dalam lawatannya ini akan mengunjungi Palestina pendudukan, Suriah, Lebanon dan Mesir.

Dalam lawatannya ke Palestina pendudukan keduanya akan membujuk Rezim Zionis Israel untuk menerima pembentukan negara independen Palestina. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dan Menteri Luar Negeri rezim ini, Avigdor Lieberman merupakan sosok yang menentang keras pembentukan negara Palestina. Di sisi lain, kebuntuan yang dihadapi AS dan Eropa dalam proses perundingan damai Timur Tengah tidak akan sirna tanpa pembentukan negara Palestina merdeka. Namun, sayap kanan Zionis tetap berupaya mewujudkan Israel Raya, sebuah impian yang dipandang AS dan Eropa hanya sekedar fatamorgana.

Oleh kerena itu, kini antara Israel dan pendukungnya muncul friksi yang tajam. AS dengan dukungan Uni Eropa berusaha keras meyakinkan para pejabat Tel Aviv agar bersedia menerima usul pembentukan negara Palestina merdeka. Lawatan Solana dan Mitchell ke Lebanon, Suriah dan Mesir juga dimaksudkan untuk menarik dukungan bagi menekan Israel dalam hal ini serta melancarkan proses perdamaian di kawasan.

Lawatan Micthell ke Suriah adalah untuk pertama kalinya setelah ia menjabat utusan khusus AS untuk Timur Tengah. Micthell mendapat tugas dari Presiden AS, Barack Obama untuk menekan ketegangan antara Washington-Damaskus. Di lain pihak, kemenangan kubu 14 Maret pro Barat dalam pemilu legislatif Lebanon menjadi kesempatan bagi AS dan Uni Eropa untuk kian mengucilkan Hizbullah dan Hamas. Program ini telah dilaksanakan dengan baik oleh Mesir sebagai kaki tangan AS. Mesir pasca perang 22 hari di Jalur Gaza sibuk menfitnah Hizbullah dan tetap menutup perbatasannya dengan Gaza.

Meski koalisi kubu 8 Maret di pemilu legislatif Lebanon tidak berhasil meraih suara mayoritas, namun hal ini tidak menunjukkan kelemahan muqawama. Dalam pemilu tersebut berbagai parameter sangat menentukan kemenangan. Di antaranya adalah dana puluhan juta dolar yang disumbangkan Barat dan sekutunya kepada kubu 14 Maret. Peran vital Hizbullah dan Hamas dalam pentas politik kawasan tidak dapat dipungkiri. Oleh karena itu, upaya AS dan sekutunya untuk mengucilkan kelompok perjuangan Islam ini sulit untuk direalisasikan. Jika hal ini terjadi, maka popularitas kelompok pejuang akan makin besar di mata bangsa kawasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar