Kamis, 30 April 2009

Israel dan Proyek Berdirinya Sistem Regional Baru




Athef Ghamri

Al-Wathan Qatar

Jika membaca seksama statemen-statemen Israel, ia mengajak untuk berfikir logis dengan memahami lingkup logika politik Israel yang luas. Bukan dengan mengamati serpihan-serpihannya karena kita akan menganggapnya masing-masing berdiri sendiri. Baik statemen menghindar dari komitmen perdamaian dari Netanyahu atau pelecehan politik oleh Lieberman.

Lingkup politik luas Israel itu dikendalikan oleh strategi yang memiliki keterkaitan antara satu sama lainnya. Usia politiknya sudah lebih dari 100 tahun. Ia ditanam di atas gagasan-gagasan pemikiran, meski hanya di atas ‘tanah kering kerontang’. Ia rela menunggu lama untuk tumbuh meski jangka panjang. Inilah perilaku mereka sejak proyek “Negara Yahudi hanya sekedar gagasan, kemudian terbentuk menjadi sebuah gerakan (zionisme internasional) hingga gerakan itu menjadi sebuah Negara. Inilah politik bertahap. Untuk mencapai tujuan tidak melalui hanya dengan satu tahap.

Hari-hari ini, terjadi perilaku keukeuh dalam sebagian strategi tersebut. Israel melontarkan ajakan membentuk “system regional” baru yang mencakup Israel dan Negara-negara Arab. Ini bukan sekedar gagasan atau usulan. Namun sebuah langkah penuh perhitungan dan strategi yang memiliki target setelahnya dan memiliki peta formula baru di kawasan regional. Ia tidak hanya terbatas pada dimensi keamanan dan ekonomi bagi system yang ditawarkan. Agar system baru yang ditawarkan ini bisa mencakup banyak proyek jangka panjang Israel yang kini belum tercapai Israel, dimana semuanya masih masuk dalam studi, Israel membuat sejumlah rencana ril agar siap diterapkan pada saat datang kesempatan yang sesuai. Agar Israel bisa mengambil apa yang mereka cari dari dunia Arab, yang tidak bisa mereka ambil dengan kekuatan dan perang.

Israel sadar bahwa pintu masuk ke daerah itu adalah dengan “normalisasi” dengan dunia Arab dimana fase berikutnya adalah konflik Arab – Israel akan disegel selamanya. Yakni dengan cara menyelesaikan proses perdamaian melalui semua rute sesuai dengan prinsip “wilayah dengan kompensasi perdamaian” (hasil konferensi Madrid 1991) dan penetapan terhadap nasib Palestina, hak mereka mendirikan Negara merdeka, hingga terjadi kudeta Likud terhadap proses perdamaian yang dimulai tahun 1996 dan menghalangi langkah menuju penutupan konflik dan berdirinya Negara Palestina, kemudian disusul tekanan Amerika untuk melakukan langkah normalisasi, namun dengan pemenuhan Israel terhadak kewajiban mereka.

Benar saja, Israel mampu melakukan lompatan. Meski parsial. Yakni dengan menciptakan normalisasi dengan Negara-negara Arab melalui biro-biro perwakilan perdagangan, pertukaran kunjungan dan perjanjian perdagangan yang besar.

Di tengah langkah ini berjalan, sejumlah studi di pusat strategi Amerika dan sejumlah tokoh berpengaruh melontarkan dan mempromosikan gagasan system regional baru yang mencakup Israel. Dengan keukeuh mempertahankan opini bahwa system yang sekarang ada sudah hancur. System yang dimaksud adalah Liga Arab dimana mereka ingin menghapusnya atau minimal memarginalkannya kemudian diganti dengan system alternative yang mereka inginkan.

Di antara dimensi system yang ditawarkan adalah soal pembagian kembali sumber daya alam terutama soal air di Negara Arab. Di tahun 1974, melalui studi panjang, Dr. Elyasha Keili, ketua Biro Rencana Air Israel dimana ia membicarakan mekanisme Israel memanfaatkan air sungai Nil.

Simon Perez pernah membicarakan di tahun 1993 soal kebutuhan Israel terhadap suplai air tambahan. Ia mengusulkan gagasan mengubah suplai air melimpah ke wilayah-wilayah Israel yang dituju. Menurutnya cara paling baik adalah dengan membangun saluran air internasional ke Negara Israel.

Saat itu majalah politik Timur Tengah Midle East Policy menyatakan bahwa Perez barangkali menunjuk kepada saluran air dari Mesir.

Melalui gagasan-gagasan Israel itu, Negara zionis ini ingin tampak tidak melanggar undang-undang internasional atau kesepakatan soal air antara Negara. Karenanya, tujuan kerjasama regional adalah agar Israel bisa menciptakan untuk dirinya sendiri antar dua pihak sementara. Ketika dibicarakan soal proses kerjasama regional dengan banyak pihak, dimana Israel salah satu bagian dari kerjasama itu. Tema air hanya sebagai salah satu cara seakan hanya tawaran.
Inilah langkah di balik gagasan system regional baru alternative. Dimensinya tampak tidak jahat bagi wilayah sebagian kita. Namun bagi perancangnya kejahatan itu sudah direncanakan. Bukan saja sejak sekarang, namun sejak Hertezl membicarakan Negara Yahudi dan hubungannya dengan Negara kawasan di masa depan, dimana masa depan itu adalah hari ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar