Salah satu isu utama yang menjadi biang sengketa Moskow dan Washington adalah rencana penempatan program anti-rudal AS di timur Eropa. Rencana itu sempat ditegaskan ulang realisasinya oleh Obama saat berkunjung ke Ceko. Rusia pada tahun 2007 keluar dari Traktat Pengurangan Senjata Konvensional di Eropa (START) sebagai bentuk protesnya terhadap program anti-rudal AS dan penguatan pangkalan militer AS dan NATO di dekat perbatasan Rusia. Di mata Kremlin, perlucutan senjata nuklir Rusia secara total dan membiarkan program anti-rudal AS terlaksana merupakan omong kosong belaka dan tidak akan bisa menjamin keamanan Rusia. Karena itulah, Rusia sebelum ini mengusulkan dijalinnya perjanjian baru antara Moskow dan Washington sebagai ganti Traktat Pengurangan Senjata Strategis (START I) yang telah habis masa berlakunya. Perjanjian baru itu selain menetapkan pengurangan senjata nuklir juga mengatur pembatasan kemampuan sistem anti-rudal. Rusia berpendapat, dilontarkannya usulan perlucutan senjata nuklir tanpa menghentikan program anti-rudal AS merupakan hal yang tidak akan bisa menjamin keamanan nasional Rusia.
Selama ini, AS sudah menempatkan sistem anti-rudalnya di Alaska. Moskow menilai rencana penempatan sistem anti-rudal AS di berbagai belahan dunia lainnya merupakan upaya Washington untuk mengepung Rusia dan melemahkan kekuatan pertahanan negara ini. Dengan begitu, perimbangan kekuatan militer dunia lebih condong ke AS. Sejatinya, di mata Kremlin, usulan AS untuk melucuti senjata nuklir tak lain merupakan kedok bagi Washington guna memuluskan ambisi hegemoniknya di dunia. Apalagi usulan itu dilontarkan Obama saat ia berusaha mempertahankan rencana negaranya menempatkan sistem anti-rudal AS di Eropa Timur. Dengan demikian, perlombaan senjata antara Moskow dan Washington tidak akan bisa dihindari lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar