Minggu, 05 April 2009

MEMRI, Mesin Propaganda Israel ?????!!!!!!


MEMRI (The Middle East Media Research Institute) adalah lembaga yang kesehariannya melakukan alih bahasa terjemahan Inggris semua film dan media Arab, Iran dan Turki. Lembaga ini juga mempersiapkan analisa mengenai budaya, politik dan agama Timur Tengah. Setiap harinya, berita yang dibuat oleh MEMRI dikirimkan ke media-media Amerika dan Eropa. Satu hal yang patut diperhatikan adalah semua ini dilakukan dengan gratis. Itulah mengapa para wartawan, pimpinan redaksi dan analis menyebut lembaga ini sebagai anugerah ilahi.


Namun para pakar melihat MEMRI sejatinya sebagai mesin propaganda sangat berbahaya dan sangat kompleks yang bertanggung jawab menyebarkan kebencian dan informasi salah ke seluruh dunia. Sebagaimana ditulis oleh majalah Mouood (majalah yang khusus membicarakan masalah Imam Mahdi af) mengutip surat kabar In Focus, peneliti masalah-masalah Palestina dan Israel Profesor Norman G. Finkelstein kepada In Focus mengatakan, “MEMRI menggunakan teknik propaganda yang dilakukan oleh NAZI. Caranya, mereka mengutip informasi yang diinginkannya dari teks dengan tujuan menciderai kepribadian atau politik seseorang yang tidak menyukai mereka.”

Kita dapat mengambil contoh Profesor Halim Barakat, penulis roman dan peneliti di Universitas Georgetown dalam kasus ini. Ia pada tahun 2002 menulis makalah dengan tema Israel yang dimuat dalam koran Al-Hayat, namun ia menurutnya, MEMRI mengambil beberapa hal khusus yang kemudian dipublikasikannya. Barakat menyatakan, “Saya tahu betul bagaimana membedakan Yahudisme dan Zionisme, namun mereka menyelewengkan artikela saya. Mereka hanya mengutip beberapa hal khusus dan berusaha mencitrakannya sebagai pandangan anti Yahudi.”

Selang beberapa waktu Daniel Pipes, analis anti Islam menerjemahkan artikel tersebut dan memanfaatkannya untuk menciderai kredibilitas Universitas Georgetown.

Finkelstein, kritikus kebijakan Israel dan lobi-lobi Amerika pro Israel juga punya masalah dengan MEMRI. Kejadian itu bermula saat ia diwawancarai oleh televisi Lebanon tahun 2006. Tema wawancara waktu itu mengenai “Holocaust dan Bagaimana Israel Memanfaatkannya untuk Membungkam Para Pengritiknya”.

Setelah wawancara tersebut Finkelstein di situsnya menulis, “Baru-baru ini MEMRI mempublikasikan wawancara saya dengan televisi Lebanon mengenai holocaust. Publikasi yang dilakukan MEMRI sedemikian rupa sehingga mencerminkan bahwa saya mengingkari holocaust.”

Tentu saja Finkelstein tidak mungkin dikategorikan dalam orang-orang yang mengingkari holocaust. Karena ayah dan ibunya termasuk orang-orang yang selamat dari peristiwa itu. Dan biasanya dalam membicarakan holocaust ia banyak menukil dari kedua orang tuanya. Namun MEMRI dengan mengedit sebagian besar wawancara tersebut dan menunjukkan pengingkarannya. Dengan menambahkan sebagian pandangan para pengelola MEMRI, wawancara itu tampak menganggap sedikit jumlah orang Yahudi dalam peristiwa holocaust dan bukannya membicarakan masalah Palestina-Israel.

Kecenderungan kuat MEMRI untuk melindungi Israel muncul dari orang-orang dan para simpatisan yang menjamin dan mengelola pembiayaan aktivitas internasionalnya. Lembaga ini dibangun tahun 1998 oleh Yigal Carmon, mantan Colonel Departemen Peperangan Israel Bidang Inteligen yang sebelumnya menjadi komandan sipil Tepi Barat Sungai Jordan dan Meyrav Wurmser, seorang Israel keturunan dan tokoh konservatif garis keras sayap kanan Amerika. Meyrav adalah isteri David Wurmser yang sempat menjadi peneliti di AEI (The American Enterprise Institute For Public Research) yang kemudian menjabat di Departemen Dalam Negeri Amerika di masa John Bolton. Mereka punya kerjasama erat dengan tokoh-tokoh seperti Douglas J. Feith, Elliott Abrams, Richard Perle dan para ideolog sayap kanan yang memproduksi cerita fiktif peran Saddam Hussein dalam peristiwa 11 September.

MEMRI punya sejumlah kantor di Baitul Maqdis, Berlin, London, Washington dan Tokyo. Pada tahun 2006 Carmon mengklaim lembaganya memiliki kantor cabang di Irak.

Lembaga ini menerjemahkan film-film dan berbagai tulisan media ke dalam bahasa Inggris, Jerman, Ibrani, Italia, Perancis, Spanyol dan Jepang.

Pajak yang dikeluarkan MEMRI tahun 2004 menunjukkan penanaman modal dua hingga tiga juta dolar Amerika di lembaga ini yang mayoritasnya ditanggung oleh para donatur dan lembaga-lembaga konservatif. Sementara mereka yang meneliti lembaga ini menyebut angka yang lebih besar dari yang telah disebutkan. Selain Carmon, banyak juga pegawai MEMRI yang berasal dari para ahli yang dahulunya bekerja di Badan Inteligen Israel. Sangat mungkin lembaga ini punya hubungan erat dengan Badan Dinas Rahasia Israel saat ini.

Berdasarkan artikel yang dipublikasikan koran Haaretz tahun 2005, agen-agen Israel menciptakan berbagai isu buatan di media-media Arab kemudian diterjemahkan oleh MEMRI dan diserahkan kepada para wartawan kecil Israel. Oleh karena itu, pertanyaannya adalah berapa persen dari aktivitas MEMRI yang sejatinya menjadi perpanjangan tangan Departemen Peperangan Israel?

Pertanyaan Haaretz ini sangat menggelitik Profesor John Cole yang membuatnya menulis seperti demikian, “Seberapa tingkat pemahaman kita mengenai “terorisme Hizbullah” dan “sumber-sumber berita Arab” yang kenyataannya produksi pabrik cerita Tel Aviv?

Wartawan dan editor Middle East tahun 2000-2007 Guardian Brian Whitaker menilai MEMRI sebagai mesir propaganda.

Wali Kota London Ken Livingstone menuduh MEMRI melakukan pemutarbalikan fakta transparan dan mantan Director of Intelligence Program For The United States National Security Council (NSC) Vincent Cannistraro menulis, “Metode yang mereka pakai sangat selektif dan aktivitas mereka mempropagandakan politik sayap kanan ekstri Likud.”

Sesuai dengan gaya khasnya yang blak-blakan, Norman G. Finkelstein menulis, “MEMRI merupakan tulang punggung militer Israel di bidang propaganda. MEMRI menjadi media utama sumber berita dunia Arab. MEMRI begitu dipercaya sama seperti informasi Julius Streicher, politikus NAZI yang begitu dipercaya dunia Yahudi.”

Profesor John Cole dalam sebuah email yang dikirimkan kepada surat kabar In Focus menyebut MEMRI sebagai organisasi propaganda sayap kanan-zionis yang kegiatannya mempropagandakan pemikiran mereka lewat pilihan mereka dalam menerjemahkan.

Sejatinya MEMRI mencitrakan dunia Arab punya keinginan buruk dan tolol yang hampir keseluruhannya dibangun dari fundamentalisme fanatik. Setiap peristiwa yang mampu menunjukkan rakyat Timur Tengah sebagai orang gila, pemicu kebencian dan bengis harus diterjemahkan dan dipublikasikan. Sementara setiap kejadian yang mencitrakan mereka jenius, potensial dan patut diacungi jempol harus ditutup-tutupi.

MEMRI mengklaim meliput seluruh kalangan reformis Arab, namun mereka yang benar-benar mengikuti aktivitas lembaga ini mengetahui betapa MEMRI tidak pernah memasukkan nama-nama para tokoh yang menonjolkan Islam dan budaya Arab menjadi sangat menarik. Begitu juga MEMRI tidak akan meliput berbagai masalah terkait kesulitan rakyat Palestina, para penentang Israel, orang-orang muslim moderat, para pemeluk Kristen di negara-negara Arab atau gerakan-gerakan yang menentang tembok pemisah di Palestina pendudukan.

Satu pertanyaan menarik diajukan koran In focus kepada Yigal Carmo, “Mengapa MEMRI tidak banyak memuat berita mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di Israel? Carmo menjawab, “Sekitar 80 persen berita-berita ini ada dalam bahasa Inggris.” Ditanya lebih lanjut, “Lalu mengapa dalam beberapa pekan anda tidak membeli sejumlah berita-berita tersebut dan tidak mempublikasikannya, sehingga ada gambaran yang lebih adil mengenai Timur Tengah? Carmon menjawab, “Kemungkinan hal ini ilegal.”

Masih dari wawancara tersebut, ditanyakan pula mengenai copy right. Mengapa MEMRI menjadikan seluruh berita yang diterjemahkan menjadi miliknya, padahal mayoritasnya ditulis oleh para penulis Arab? Carmon menjawab, “Jelas itu milik kami dan memiliki copy right. Ketika kami menerjemahkan sebuah berita dari bahasa lain, maka karya terjemahan itu menjadi milik kami. Karena kami yang melakukannya.”

Demi menemukan keyakinan terkait apa yang disampaikan Yigal Carmon, koran In focus menelusuri kebenaran masalah ini lewat pandangan New York Times. Seorang pegawai bidang copy right New York Times yang tidak ingin disebut namanya mengatakan, “Bila kalian menerjemahkan sebuah karya dari New York Times, berita itu masih menjadi hak milik kami. Karena kami yang memproduksinya.”

Ketika dalam menerjemahkan sebuah kalimat bahkan sebuah kata seperti perang dan perdamaian, di sini masalah menjadi pelik dan poin-poin sekecil apa pun menjadi penting.

Pertanyaannya, apakah kita bisa mempercayai seorang penerjemah MEMRI?

Berdasarkan pendapat para analis, selama tidak dimulai penerjemahan berita-berita berbahasa Ibrani mengenai penyiksaan terhadap tahanan Palestina di penjara-penjara Israel, MEMRI tidak akan meliput berita Timur Tengah secara apa adanya.

Profesor Norman G. Finkelstein berkata, “Saya tidak percaya. Lebih baik sejak awal kita berasumsi bahwa setiap berita Timur Tengah yang diterjemahkan MEMRI tidak dapat dipercaya.”[islammuhammadi/sl]

Saleh Lapadi: Wartawan IRIB, Pengamat Timur Tengah

Silahkan buka situs MEMRI: http://www.memri.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar