Jumat, 30 Januari 2009

Darah Kalahkan Pedang


Sejak aktif memuat berita dan artikel seputar agresi Israel atas Gaza, jumlah pengunjungnya melonjak dari rata-rata 1000 sehari menjadi rata-rata 3000 sehari. Puji Tuhan, ternyata blog yang merupakan situs gratisan bisa menjadi sarana dakwah dan pencerahan.

Tapi, di tengah kegembiraan ini, ada yang menyedihkan. Hampir setiap hari comment-comment bodoh dari segelintir “zionis mini” mulai datang menyerbu dengan tulisan bernada mencaci, bahkan mengancam.

Mungkin mereka termakan oleh media pro Israel dan Imperialisme AS sehingga beranggapan bahwa serangan Israel atas Gaza yang menelan korban wafat 950 orang lebih itu (30% bayi dan remaja) merupakan reaksi dari serangan roket Hamas terhadap Israel.

Boleh jadi, karena kekurangan data, mereka tidak tahu bahwa serangan roket-roket sederhana (sebagian besar buatan sendiri) itu merupakan reaksi dari blokade Israel atas darat, udara dan laut Gaza selama lebih dari 2 tahun.

Ada pula yang menolak bersimpati karena pemahaman nasionalisme yang melenceng seraya beranggapan bahwa bangsa Indonesia tidak perlu ikut demo untuk menunjukkan solidaritas dengan apologi bahwa negara kira sedang mengalami banyak masalah, dan karena Gaza adalah masalah negara lain dan bangsa lain, antara Israel dan Arab.

Nasionalisme sejati mengharuskan cinta pada kebebasan dan solidaritas dengan semua bangsa yang direbut kedaulatannya. Nasionalisme sejati adalah cinta Tanah Air dan cinta bangsa, cinta umat manusia.

Aksi pembantaian Israel adalah isu kemanusiaan, bukan khusus bagi sebuah agama atau ras. Karena itu demonstrasi pro Gaza tidak hanya terjadi di negara Islam, namun melanda seluruh dunia, di Eropa dan Amerika Latin, bahkan kaum yahudi anti Zionisme juga melakukan unjuk rasa di Tel Aviv.

Lebih dari itu, negara-negara Islam dan negara-negara Arab, juga negara-negara dunia ketiga adalah mitra bangsa Indonesia di forum-forum OKI, ASEAN, ASIA-AFRIKA, NON BLOK dan PBB. Sebagai contoh, bangsa Iran adalah bangsa yang sangat cinta jatidirinya dan bangga memiliki sejarah peradaban panjang dan gemilang. Namun dengan semua kebanggaan etnik, geografis, historis dan bahasanya, bangsa Iran menunjukkan semangat mandiri dalam segala bidang. Nasionalisme tetap dipertahankan tapi kepedulian dan dukungan kepada perjuangan anti hegemoni AS tetap diperlihatkan. Karena itu, Iran yang Islam mau bersekutu dengan Venezuela, Bolivia, Brasil, Kuba dan negara-negara Kristen anti hegemoni AS di Amerika Latin.

Jadi, persoalannya bukan Islam dan Arab, tapi zionisme, imperialisme, dan rasialisme. Jadi, nasionalisme tidak berarti anti terhadap nation lain juga tidak berarti tidak bersimpati kepada derita bangsa lain. Saat bangsa Indonesia mengalami bencana tsunami, hampir setiap nation di dunia bersimpati dan memberikan sumbangan.

Isu yang penting adalah pendudukan dan penjajahan, bukan sekedar perang. Ia bahkan bukan perang, tapi sebuah genosida.

Rupanya hati para budak zionis ini tidak sedikitpun tersayat saat melihat gambar dan tayangan-tayangan anak-anak yang tertimbun di bawah reruntuhan, luka-luka bahkan kedua mata karena senjata fosfor yang ditaburkan oleh pesawat-pesawat Israel.

Di luar itu semua, reaksi bangsa Indonesia, baik Muslim maupun non Muslim terhadap aksi pembantaian Israel di Gaza sangat mengharukan. Di Sukabumi, demi menunjukkan solidaritas dan simpati kepada anak-anak di Gaza, mengadakan lomba lempar foto Bush dan Olmert dengan tomat. Bangsa ini adalah kumpulan dari insan-insan yang tak rela hidup tanpa empati, sayang dan peduli kepada sesama. Sedangkan para zionis-zionis mini tidak lebih dari limbah-limbah.

Para pecinta damai dan kebebasan mesti yakin, bahwa ketangguhan dan cinta kebebasan dan doa bocah-bocah di seluruh dunia, termasuk Indonesia bisa mengalahkan pasukan Israel dcengan senjata-senjatanya yang canggih. Karbala pada 60 hijriah silam menjadi bukti bahwa darah bisa mengalahkan pedang. Mampus zionis!(adilnews)a

Tidak ada komentar:

Posting Komentar