Selasa, 27 Januari 2009

Sikap Obama terhadap Dunia Islam

Presiden AS, Barack Obama menyatakan bahwa negaranya bukan musuh umat Islam. Dalam wawancaranya dengan TV al-Arabiya, Obama mengatakan, sebagai presiden AS, saya ingin menjalin kerjasama dengan dunia Islam dan Amerika bukan musuh kaum muslim.

Keberhasilan seorang keturunan Muslim melenggang ke Gedung Putih dan menjadi presiden di AS tentu saja membuat banyak kalangan di dunia Islam berharap akan ada perubahan sikap Gedung Putih terhadap negara-negara Islam. Harapan itu kian menguat karena Obama adalah presiden AS yang dalam pidato pelantikannya terang-terangan menyatakan keinginannya untuk menjalin kerjasama dengan dunia Islam. Namun, pernyataan Obama tentang dunia Islam menunjukkan adanya kesulitan mendasar pada hubungan pemerintah AS sebelumnya terhadap kaum muslimin.

Pasca peristiwa 11 September, Presiden AS saat itu, George W. Bush menebarkan isu Islamphobia dan sentimen anti Islam di dalam dan luar AS. Iapun lantas mengerahkan pasukan untuk menduduki dua negara muslim, yaitu Irak dan Afghanistan. Kebijakan ini meledakkan amarah umat Islam terhadap Washington hingga Negeri Paman Sam ini dikecam masyarakat internasional.

Dalam kampanye pemilu presiden November 2008, Obama mengibarkan bendera perubahan dan mengkritik sejumlah kebijakan luar negeri Bush di Timur Tengah. Namun, setelah menempati Gedung Putih nampak bahwa kebijakan Obama terhadap dunia Islam tak berbeda jauh dari kebijakan Bush. Hanya saja Obama menggunakan bahasa diplomasi yang berbeda dengan bahasa tangan besi Bush.

Tak berbeda dengan pendahulunya, Obama tetap melanjutkan agresi militer terhadap negara-negara Islam diantaranya Pakistan tanpa merasa perlu meminta izin dari Islamabad. Obama juga mengekor Bush dengan tidak mengakui pemerintah Palestina yang terpilih secara demokratis. Berkaitan dengan Iran, Obama tetap mempertahankan sanksi terhadap negara ini. Hal ini berlangsung di saat ia bungkam menyaksikan genosida bangsa Palestina oleh Rezim Zionis Israel di Jalur Gaza. Obama bahkan tidak bersedia mengecam pembantaian warga sipil Palestina tersebut. Harus ditambahkan pula bahwa kehadiran sejumlah tokoh Zionis dalam pemerintah Obama yang tidak diragukan lagi telah menunjukkan dualisme sikap Gedung Putih terhadap dunia Islam. Deretan nama di antaranya wakil Presiden AS, Joe Biden yang menyatakan dirinya sebagai Zionis Kristen. Ada pula nama Rahm Emanuel yang menjabat sebagai Kepala Staf Gedung Putih adalah warga AS berkebangsaan Israel yang pernah bertugas dalam militer Israel.

Dengan demikian, statemen Obama bahwa AS bukan musuh kaum muslimin menuai keraguan, kecuali bila AS melepaskan dukungan butanya terhadap Rezim Zionis Israel yang menjadi musuh dunia Islam, menghormati kaum muslimin, mengakhiri pendudukan Irak dan Afghanistan serta mengubah kebijakan standar gandanya dalam masalah HAM, demokrasi dan teknologi nuklir sipil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar