Kamis, 19 Maret 2009

Eropa Mencari Solusi untuk Palestina




Dr. Abdel Sattar Qassem
El-Haleej Emiret

Semua solusi yang pernah ditawarkan dalam masalah Palestina belum pernah berhasil. Banyak gagasan dan pendekatan serta solusi namun belum berhasil. Eropa kemudian mencoba masuk ke dalam pencarian solusi. Namun peranan mereka dampaknya sangat terbatas. Tugas mereka secara umum hanya terbatas pada menutupi ‘sisa faktur’ yang belum terisi. Eropa memang tidak pernah lepas dari lapangan, namun pendapat mereka yang independent tidak berpengaruh dari meja negoisasi serius.

Eropa sekarang berpikir bahwa tidak adanya Bush akan memberikan mereka kesempatan untuk menyampaikan ide-ide baru yang dapat menghentikan konflik Arab – Israel, itu jika mereka semua sepakat pada satu pendapat. Karena tampaknya, seperti yang penulis tangkap dari aktivis akademisi Eropa mereka sedang mendiskusikan gagasan “menempelkan Israel dan Otoritas Palestina ke dalam Uni Eropa atau menerima mereka dalam Uni Eropa. Ide ini memang belum mengkrital, namun masih menjadi wacana diskusi dan kontroversi.
Ada sebagian dari pihak di Eropa mengatakan bahwa jika Uni Eropa menerima Israel dan Otoritas Palestina sebagai anggotanya maka akan banyak masalah antara Palestina dan Israel terselesaikan, seperti:

1 - Istirahat akan merasa mendapatkan jaminan bahwa kontrol Uni Eropa terhadap keluar masuknya sesuatu ke Otoritas Palestina, khususnya yang berkaitan dengan senjata dan bahan-bahan yang dan manufaktur peledak. Ini berarti bahwa Uni Eropa akan beperan sejenis “perwalian” pada lalu lintas barang masuk ke Otoritas Palestina.
2 – Palestina akan lebih tenang untuk bergerak bebas dengan pertimangan bahwa kebebasan gerak antara anggota Uni Eropa tidak dibatasi, yang berarti bahwa pemeriksaan militer di perlintasan yang dibangun Israel akan hilang, dan warga Palestina akan dapat bergerak bebas dengan mudah di dalam wilayah Otoritas Palestina dan di tempat lain.
3 – Israel akan menikmati hukum de facto yang dipaksakan oleh Uni Eropa, sehingga saat itu masalah “pengakuan eksistensi” secara de jure bagi Palestina bukan masalah darurat.

4 – Uni Eropa akan menjadi satu jasad sendirian dalam menghadapi apa yang disebut "terorisme", dan Uni Eropa akan bersama Israel dan Otoritas Palestina berhadap-hadapan dengan Hamas dan faksi-faksi Palestina yang menolak mengakui Israel.
5 – Kondisi ekonomi Palestina akan meningkat akibat keterbukaan ekonomi, dan kaum pengangguran Palestina akan bisa bekerja dan mencari kerja di negara-negara Eropa, dan ini akan lebih memobilisasi perlawanan terhadap faksi-faksi Palestina dan memperkuat pilar-pilar Fatah dan pemerintah Otoritas Palestina.

6 – Palestina akan melihat bendera mereka berkibar di ibukota-ibukota Eropa, dan ini berarti ungkapan kedaulatan mereka diakui dunia internasional.

Ini beberapa ide yang sekarang diperdebatkan Eropa yang diyakini dapat menjadi solusi konflik Arab – Israel. Tapi solusi ini menimbulkan masalah pada kedua pihak itu sendir. Di pihak Israel, ia tidak bisa mempercayakan keamanan di luar dari dirinya sendiri. Israel mungkin menerima bantuan keamanan asing, tetapi itu di bawah pengawasan dan sesuai dengan aturan dan serta visinya. Standar Eropa dan standar keamanan Eropa sangat berbeda dengan standar Israel dalam mewujudkan keamanan yang selalu didasarkan ekpada gagasan “sanksi missal”. Ini sangat jelas dalam pengaturan perlintasan Rafah dimana mereka ngotot untuk menentukan detail-detail yang terjadi di perlintasan itu. yakni dengan cara memasang pengawasan eletronik meski pengamanan Eropa juga ada. (bn-bsyr)

Untuk Palestina, ada masalah yang akan dihadapi dalam beberapa poin sebagai berikut:
1 – Gambaran solusi di atas meletakkan Palestina di bawah pengawasan Eropa selalu. Seharusnya Palestina tunduk pada pemantauan terus dan sejumlah Negara ikut melindungi proses pengawasan dan penerapannya.

2 – Gagasan ini tidak menganggap para pengungsi Palestina memiliki eksistensi. Dalam banyak diskusi yang diikuti oleh penulis, Eropa mengabaikan hak para pengungsi untuk kembali ke tanah air mereka di Palestina. Merea tidak menyebut bahwa ini adalah bagian dari solusi komprehensif untuk masalah Palestina. Penulis pernah bertanya apakah mungkin seorang pengungsi Palestina bisa mendapatkan paspor Palestina dan bisa melakukan aktifitasnya dengan bebas di Negara-negara Uni Eropa sebagaimana warga warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat bergerak bebas. Maka jawaban dari mereka, “tidak bisa”.

3 - Solusi yang ditawarkan di atas hanya solusi ekonomi dengan berbagai dimensinya. Solusi itu tidak memecahkan masalah yang berkaitan hak-hak nasional Palestina yang prinsip yakni hak kembali ke tanah air mereka dan hak menentukan nasib sendiri. Solusi ini hanya berkaitan dengan sepoting roti, tetapi tidak mengatasi masalah lainnya yang terkait dengan masalah hak menentukan nasib sendiri, seperti perbatasan terbuka dengan negara-negara Arab, perwakilan diplomatic yang bebas, kurikulum pendidikan yang bebas, tentara membela keamanan nasional .. Dll.
4 - Persepsi solusi di atas tidak disampaikan untuk mengatasi masalah hukum bagi hak-hak warga Palestina di wilayah yang diduduki 1948. Misalnya, penulis memiliki hak milik di tanah jajahan tersebut, dan memiliki dokumen yang membuktikan kepemilikan saya, apakah saya memiliki hak menununtut hak-hak saya? Jika ini diangkat apakah Israel setuju?

5 – Apakah Eropa akan bisa menghormati prinsip-prinsip demokrasi dan akan menerima sejumlah hasil pemilu apapun yang terjadi di Palestina? Eropa tidak menghormati hasil pemilu legislative Palestina.

Gagasan-gagasan yang disampaikan oleh Eropa tidak menyelesaikan banyak masalah. Agaknya keinginan terbesar mereka adalah mengukuhkan gagasan “mengakui Israel” dan mengubah rakyat Palestina menjadi hanya sekedar manusia-manusia yang mencari sepotong roti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar