Minggu, 22 Maret 2009

Iran Sambut AS dengan Syarat


Seorang penasihat penting Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, Jumat (20/3), menyambut baik uluran tangan perdamaian Presiden AS Barack Obama kepada Teheran. Akan tetapi, ia mendesak Obama mendukung ucapannya diterapkan dengan tindakan konkret untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan di masa lalu.

“Kami menyambut baik keinginan Presiden Amerika Serikat itu untuk mengesampingkan perselisihan-perselisihan di masa lalu,” kata penasihat pers, Ali Akbar Javanfekr, menanggapi pesan Obama sehubungan dengan Nowruz, Tahun Baru Iran, di mana ia mendesak satu penyelesaian perselisihan-perselisihan dan satu perjanjian “yang jujur” dengan Teheran.

“Tetapi jalan menuju itu bukan berarti Iran harus melupakan permusuhan di masa lalu dan sikap agresif Amerika Serikat,” kata Javanfekr menanggapi pernyataan Obama.

“Pemerintah AS harus mengaku kesalahan-kesalahannya di masa lalu dan memperbaikinya sebagai jalan untuk melenyapkan perselisihan-perselisihan,” imbuhnya.

Javanfekr mengatakan, Obama telah berbicara tentang perobahan tetapi “tidak melakukan langkah-langkah konkrit untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan terhadap Iran.”

“Ia harus bergerak lebih jauh ketimbang ucapan-ucapan dan melakukan tindakan. Jika Obama menunjukkan kesediaannya untuk melakukan tindakan, Pemerintah Iran tidak akan menunjukkan penentangan terhadapnya,” katanya.

Javanfekr mengatakan, Iran ingin mengakhiri “rasa permusuhan” antara kedua negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik sejak tahun 1980 itu. Namun, ia menegaskan bahwa Obama harus melakukan satu “perubahan yang mendasar dalam sikap” dan mengambil “kesempatan diberikan Nowruz, yang menandakan satu perubahan yang terwujud (mulai musim semi)”.

Javanfekr mengatakan perselisihan yang disebut Obama adalah akibat dari sikap permusuhan, agresif, dan kolonialis Pemerintah Amerika. “Amerika Serikat terutama bertanggung jawab atas tiga perselisihan dan jika negara itu tidak mengatasi hal itu, perselisihan itu akan tetap ada,” katanya.

Javanfekr mengutip serangkaian insiden yang memicu permusuhan tiga dasawarsa Washington dan Teheran.

Ia mengatakan, Iran tidak akan pernah melupakan peran AS ketika Perdana Menteri Iran Mohammad Mossadeq digulingkan dalam kudeta tahun 1953. Juga, Iran tidak melupakan penembakan jatuh sebuah pesawat penumpang Iran oleh sebuah kapal perang AS tahun 1988 yang menewaskan 290 orang di pesawat itu.

Ia menambahkan, Teheran juga tidak akan melupakan dukungan Amerika pada Saddam Hussein dalam perang Iran-Irak tahun 1980-an, sanksi-sanksi yang diberlakukannya terhadap Iran serta dukungannya pada kelompok oposisi utama Iran, Mujadiddin Rakyat Iran. “Tetapi sikap AS ini tidak melemahkan kami dan kini Republik Iran sangat kuat di dunia,” katanya.

“Satu-satunya sumber ketidakstabilan di kawasan itu adalah kehadiran militer AS di Irak dan Afganistan,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa “dukungan buta” AS terhadap Israel juga satu penyebab perselisihan antara kedua negara.( Jumat, 20 Maret 2009 | 18:27 WIB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar