Minggu, 29 Maret 2009

Sebuah Karikatur yang Bikin Rezim Zionis Israel Berang



Minggu, 29 Maret 2009 Kendati perang 22 hari rezim zionis Israel di Jalur Gaza sudah tiga bulan berlalu, namun reaksi dunia atas brutalitas Israel tersebut terus berlanjut. Menyikapi kejahatan perang rezim zionis itu, baru-baru ini seorang karikaturis AS mengungkap kebengisan rezim zionis dalam agresi militernya di Gaza lewat medium karikatur. Tentu saja aksi hal itu menyulut kemarahan Israel. Pat Oliphant, sang pembuat karikatur itu menggambarkan kejahatan rezim zionis terhadap anak-anak dan warga sipil Palestina di Jalur Gaza dengan nuansa jenaka namun sangat kritis. Menariknya lagi, karikatur karya Oliphant ini dipasang di harian terkemuka AS, Washington Post.

Dalam karikatur itu, Gaza diilustrasikan sebagai sosok perempuan bertubuh pendek yang tengah memeluk seorang anak kecil sementara dibelakangnya terdapat seorang lelaki bertubuh besar, tanpa kepala dan melambaikan pedangnya sambil mendorong seongok bintang david yang dilengkapi roda kecil dibawahnya. Namun bintang david yang digambar Oliphant ini, memiliki mata dan mulut lebar dengan taring yang tajam seakan hendak memangsa si perempuan di depannya.

Mereaksi karikatur anti-zionis Oliphant tersebut, komite zionisme, Simon Wiesenthal Center yang telah berdiri di AS sejak 1913, menilai penerbitan karikatur tersebut sebagai langkah anti-Israel yang sangat mengkhawatirkan. Sementara itu, di tubuh rezim zionis Israel sendiri, pengakuan tentang kekalahan Israel dalam Perang Gaza terus terdengar dari mulut para petinggi zionis. Komandan militer rezim zionis, Moshe Arens bahkan mengaku bahwa Tel Aviv telah gagal meraih tujuannya dalam Perang Gaza. Koran Haaretz, cetakan Israel, saat mengutip keterangan Moshe Arens mengungkapkan, rezim zionis kalah dalam perang melawan Hamas dan gagal menghentikan serangan roket perjuang Palestina. Arens juga mendesak rezim zionis untuk segera membentuk komite pencari kebenaran yang bertugas meneliti sebab-sebab kekalahan Israel dalam Perang 22 hari di Gaza yang dikenal sebagai Operasi Cast Lead itu.

Di sisi lain, televisi Al-Jazeera berbahasa Inggris mengungkap ditemukannya sebuah pabrik senjata pembuat bom fosfor di Negara Bagian Arkansas, AS. Pabrik ini diduga memproduksi bom fosfor yang dikirim ke Israel sewaktu Perang Gaza berlangsung. Namun ironisnya, pemerintah AS diam seribu bahasa, bahkan mengabaikan temuan tersebut. Padahal pelbagai organisasi internasional pembela HAM telah berkali-kali melontarkan kutukan dan protesnya atas penggunaan senjata terlarang buatan AS oleh Israel. Tapi itupun tak pernah digubris.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar