Minggu, 15 Maret 2009

Sirnanya Mimpi “Israel Raya”






Hamas disatu sisi dan Hizbullah disisi lain, telah menjadi simbol perjuangan modern dunia Islam, telah menjadi simbol perjuangan kaum tertindas melawan kaum penindas. Dan model ini akan terus berkembang dan terus dikembangkan. Pengalaman, kemenangan, kegigihan yang mereka miliki bukan hanya akan disimpan dalam file sebagai catatan sejarah, tapi semua itu akan ditiru oleh setiap generasi yang merdeka.

“Negara” Israel bagi Zionis,memilki tiga makna. Pertama adalah batasan territorial dari sungai Nil (Mesir) hingga sungai Furat (Iraq), sebagai mana yang disimbulkan dalam benderanya, yaitu bintang Daud diantara dua garis horizontal. Kedua, Israel dengan territorial yang meliputi semua tanah Palestina. Dan ketiga hanya sebatas territorial Israel yang dikenal dalam sejarah lama. Beberapa hari terakhir ini muncul statement dari Olmert – Perdana Menteri Israel- yang menyatakan bahwa sudah tidak ada lagi makna Israel Raya, yaitu Israel dalam makna kedua, yakni Israel dengan territorial yang meliputi semua tanah Palestina.

Ucapan Olmert ini bukannya tidak beralasan, malah menggambarkan kenyataan yang berdasarkan fakta. Fakta-fakta yang didapatkan oleh Israel dalam dekade akhir ini, lebih lagi setelah tahun 2000. Israel telah menghadapi kenyataan pahit dalam sejarah mimpi mereka untuk mendirikan imperator Israel agung dari Nil hingga Furat. Mimpi inipun bukan tidak berdasar, karena mimpi itu terbentuk saat mereka hendak menguasai tanah Palestina. Mereka telah melakukan serangkaian terror kejam dalam sejarah manusia. Terror yang dimulai dari pengepungan Baitul Muqadas hingga dengan terror pembunuhan setiap kampung yang dilalui mereka untuk menguasai semua tanah Palestina. Lebih dari itu, mereka juga telah menebarkan terror Internasional keseluruh negara-negara Arab, yang dikenal dengan perang 7 hari. Ketika tanah-tanah milik orang Arab dikuasai dalam waktu yang sangat singkat oleh pasukan yang mengatasnamakan Israel dengan dukungan penuh tentara Inggris.

Dengan landasan perang tujuh hari inilah mereka berharap, Israel akan terbentuk dari Nil hingga Furat. Tentu usaha ini telah dilanjutkan dengan usaha kelompok Zonis dengan mengusai penguasa-penguasa Arab untuk memastikan bahwa program mereka merajut mimpi itu akan terlaksana. Tak pelak lagi bahwa para penguasa Arab dengan mudah dapat ditundukkan, tapi bukan muslimin dan orang Arab secara keseluruhan. Sejak pertama kali mereka merajut mimpi itu, sebagian orang arab telah bangkit memperjuangkan tanah air mereka, baik dengan motifasi Islam, nasionalisme ataupun kearabannya. Tapi gejolak ini tidak pernah padam hingga terjadinya intifadah dan berdirinya Hizbullah. Dari sinilah sejarah munculnya era baru perlawanan lebih gigih terhadap penjajahan yang sedang membentuk mimpi.

Pernyataan yang diucapkan oleh Perdana Menteri Israel Olmert ini, sebenarnya tidaklah mengejutkan bagi pengamat politik, justru ungkapan itu adalah sebuah pengakuan yang terlambat, yaitu pengakuan dari pecundang yang tidak mengakui kekalahannya, sehingga akhirnya terpaksa juga harus mengakui kekalahan yang dialaminya. Bukankah hakikat dari hilangnya mimpi tersebut itu dimulai ketika Israel telah angkat kaki dari tanah yang dikuasainya di Libanon selatan tahun 2000?. Karena dasar penguasaan Zionis di selatan Libanon adalah untuk menjaga garis territorial yang mereka hendaki. Dengan mundurnya tentara yang katanya sophisticate itu, jelas telah memberikan gambaran bahwa mereka tidak dapat menjaga lagi apa yang menjadi keinginannya tersebut, dengan kata lain, mereka tidak memiliki kemampuan sebagaimana yang dibayangkan. Mereka telah rapuh luar dalam.

Perlu diketahui bahwa opini yang sudah dibentuk oleh Israel dalam membangun emperium dari Nil ke Furat adalah pembentukan kekuatan militer di daerah serantau. Sehingga pengakuan bahwa Israel adalah satu kekuatan terbesar di dunia terbukti. Hal ini pula yang membuat pemimpin kaum berigal merasa kecut untuk menghadapi mereka. Apalagi jika dihubungkan pendukung Israel adalah super power dunia, Amerika dan juga Inggris, yang ini berarti semua kekuatan Nato. Dengan image militer yang canggih, kuat dan intelegensi yang tidak tertandingi itu, Israel berkhayal dapat menggampai mimpi itu. Mungkin mimpi ini terbukti berdasarkan teori, tapi tidak dengan kenyataan.

Kenyataan yang maha pahit adalah berdirinya perlawanan Intifadhah dengan lahirnya Hamas dalam bentuk sekarang. Bentukan yang solid dengan motifasi kuat. Menolak semua kesepakatan dengan Israel untuk menguasai tanah Palestina. Selama kesepakatan itu dimotivasi untuk langgengnya regiim zionis di tanah Palestina, maka kesepakatan itu di tolak oleh Hamas. Oleh karena itu, untuk menghadapi kekuatan ini, Israel menggunakan kekuatan dari dalam Palestina sendiri dengan menggunakan Fatah dibawah kepemimpinan Mahmud Abbas (Abu Mazen), sehingga minimal melemahkan kekuatan penentangan dari Palestina. Tapi dengan inipun Israel tidak dapat menguasai hati rakyat Palestina, apa lagi menundukkan perlawan yang mereka lakukan. Bangsa Palestina tidak pernah menyerah dari genosida yang dilakukan oleh Zionis. Bangsa Palestina tidak merasa takut lagi rumah mereka akan di luluhlantakkan oleh tank merkhava, atau ladang-ladang Zaitun mereka diratakan. Bangsa Palestina juga tidak takut bakal menghuni penjara-penjara ganas rezim penjajah.

Sepanjang Israel merajut mimpi besarnya, selama itu pula mereka memahami bahwa mimpi itu adalah sekedar mimpi. Bangsa yang ada didekat mereka tidak akan pernah diam dengan bentuk penjajahan yang dilakukan untuk mimpi itu. Karena bangsa pemberani Palestina saban hari menunjukkan perlawanan gigihnya. Ternyata senjata moderen, sophisticat tidak bisa menundukan semangat perlawanan bangsa pemberani ini.

Sebenarnya bukti kehancuran dari semua rencana pembentukan opini bahwa Israel adalah kekuatan yang paling hebat adalah ketika terjadinya perang 33 hari di selatan Libanon. Perang yang yang dikenal oleh orang Arab sebagai Perang Tamuz itu membuktikan bahwa adanya satu kekuatan lebih kuat dari kekuatan Israel yang katanya besar, kuat dan hebat itu. Ternyata kekuatan, kebesaran dan kehebatan persenjataan yang canggih itu tidak dapat menguasai satu kelompok kecil yang diangap mereka sebagai separatis itu. Ternyata Hizbullah berhasil menunjukkan kepada negaranya, kepada bangsanya, kepada Islam dan dunia bahwa mereka adalah satu kekuatan yang dapat mengalahkan kekuatan Israel. Akhirnya regim Zionis dengan terpaksa mengakui bahwa Hizbullah adalah satu kelompok kecil yang berkekuatan besar. Sekelompok kecil yang yang mampu memporak porandakan peralatan moderen super canggih dalam perang moderen.

Dari sinilah Israel mengambil pelajaran, bahwa Hizbullah bukan hanya satu kelompok kecil yang dapat mengalahkan mereka, tapi mereka adalah kelompok besar yang siap menghadapi meraka dimanapun dan kapanpun. Kekalahan Isreal di selatan Libanon tahun 2000 dan 2006, membuka mata dunia militer, bahwa ada model gerakan yang baru, yaitu model Hizbullah. Permasalahannya bukan hanya pada model kekuatan yang ada pada Hizbullah, tapi aktifitas gerakan-gerekan serupa yang men-dunia yang belajar dari model gerakan Hizbullah, dengan kata lain, Israel akan menghadapi penentangan yang serupa dengan Hisbullah diluar “negara” Israel. Ini yang ditakuti oleh Israel sampai-sampai perdana menteri Israel, Ehud Olmert mengatakan :” Ide “Israel Raya” Berakhir”.

Apa yang terbukti disini..? Israel bukan saja kalah dalam strategi militer dan intelejen, tapi juga terbukti bahwa mimpi Israel raya dan besarpun sudah terhapuskan. Karena, bagaimana mungkin Israel akan mewujudkannya semantara mereka tidak mampu mengalahkan kelompok kecil di daerah territorial mereka sendiri.

Dari dalam sendiri Israel tidak mampu mengalahkan Hamas, sementara Hizbullah ada diperbatasan (utara Israel dan selatan Libanon), bagaimana mungkin mereka akan mewujudkan mimpi itu..?. Dengan demikian dua mimpi itu dengan sendirinya telah sirna. Pernyataan Olmert dengan menyatakan bahwa “Israel Raya” Berakhir, sebenarnya dia mengatakan sirnanya dua mimpi zionis untuk dapat berkuasa diantara suangai Nil dan Furat, juga tanah Palestina secara menyeluruh.

Saat ini yang tertinggal adalah semua tanah Palestina adalah milik rakyat Palestina. Oleh karena itu, pemerintahan yang ada saat inipun harus didasari oleh semangat ini, dengan membiarkan rakyat Palestina untuk menentukan nasib bangsanya sendiri dengan membentuk pemerintahan yang mereka kehendaki.

Sedianya tepi Barat dan Gaza oleh zionis dialokasi untuk rakyat Palestina. Dengan memberikan batas territorial, dan terakhir dengan tembok pemisah, hakekatnya Israel sedang menunjukkan kepada dunia, bahwa mereka tidak mampu menundukkan kekuatan yang ada didalam territorial itu. Rakyat Palestina dan Hamas dengan gigih telah membuktikan dengan muqawamah (pertahanan) yang berjalan terus hingga saat ini dan akan berjalan tanpa henti hingga lenyapnya regim zionis dari tanah air mereka. Dan ini adalah bukti adanya kekuatan intifadah dan lemahnya kekuatan Israel yang katanya memilki semua logistik modern. Dengan intifadah, Israel terpaksa merasakan bahwa rakyat Palestina tidak mudah di takuti seperti yang mereka bayangkan. Kebesaran dan kekuatan Israel hanyalah slogan kosong belaka.

Hamas disatu sisi dan Hizbullah disisi lain, telah menjadi simbul perjuangan modern dunia Islam, telah menjadi simbul perjuangan kaum tertindas melawan kaum penindas. Dan model ini akan terus berkembang dan terus dikembangkan. Pengalaman, kemenangan, kegigihan yang mereka miliki bukan hanya akan disimpan dalam file sebagai catatan sejarah, tapi semua itu akan ditiru oleh setiap generasi yang merdeka.

Dalam pidatonya SekJen Hizbullah, Sayyid Hasan Nasrullah di malam 15 Ramadhan tahun ini, beliau mengatakan bahwa: ”Hizbulah bukanlah organisasi yang berjalan dibawah kekuasanan seseorang, tapi organisasi ini akan berjalan dengan semua pengalamannya yang didapatkan selama ini”. Kemudian beliau mengatakan bahwa: ”Semustinya, sebelum orang lain menggunakan pengalaman ini untuk (bahan) pelajaran, maka Libanonlah yang harus mempelajari pangalaman yang didapatkan di dalam negerinya sendiri”.

Tentu pengalaman ini sekarang telah menjadi satu universitas baru dalam semua aspeknya. Bukan saja model keorganisasian, atau sistim militer atau sistim strategi pertahanan, tapi juga semua bentuknya. Dan yang penting adalah pengalaman membentuk masyarakat yang ideal. Hizbullah telah membuktikan pada dunia arab dan juga pada dunia internasional, bahwa pertahanan dengan dasar keberanian, tidak akan terkalahakan, dan setiap tetesan darah yang tercecer dari personal yang ada didalamnya menjadi amunisi dah manjdikan satu kekuatan pembangkit.

Oleh karena itu, Sayyid Hasan Nasrullah mengatakan bahwa, sebuah kesalahan besar jika mereka mengira bahwa dengan terbunuhnya satu personal dari Hizbullah, Hizbullah akan berhenti. Hizbullah telah memberikan Sayyid Abbas Musawi (sekjen Hizbullah sebelum Sayyid Hasan Nasrullah) dan keluarganya, sheikh Rahib Harb dan terakhir adalah Imad Mughniah. Tapi itu semua tidak akan pernah menghentikan gerakan Hizbulllah, justru itu semua akan menjelma menjadi kekuatan yang bertambah dari sebelumnya.

Hancurnya mimpi Israel, tidak hanya luluhlantaknya Israel, tapi juga hancur leburnya mimpi Amerika, karena semua rencana itu tidak lepas dari dukungannya. Road Map yang disodorkan Amerika untuk negosiasi Arab-Israel telah ditingalkan, karena rencana ini telah gagal. Yang tinggal adalah sebuah kenyataan dimana Israel harus menerima hancurnya mimpi itu.

Menghilangkan mimpi buruk adalah satu kenyataan yang memang harus diterima, karena ini merupakan hakekat yang harus diterima, sebelum benar-benar Israel lenyap secara menyeluruh. Inilah kenyataan yang harus diterima oleh Zionis.

Imam Khomeini qs pernah mengatakan bahwa Israel harus dilenyapkan dari muka bumi. Dan kenyataan dari perkataan sang Imam ini akan segera terwujud. Israel akan hancur dan regim Zionis akan musnah. Inilah adalah kenyataan, dan ini pasti akan terjadi – cepat atau lambat-.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar