Minggu, 29 Maret 2009

Obama Mundur dari Obsesi Perubahan





Bilal Al-Hasan

Asyrqul Ausath

Tidak ada indikasi pemerintah baru Amerika memiliki rencana praktis menciptakan solusi konflik Arab – Israel. Yang ada hanya indikasi mereka akan menggulirkan masalah ini melalui perundingan dan menciptakan solusi parsial dalam satu pasal di sana sini. Dalam ilmu diplomasi ini mereka sebut sebagai diplomasi pengguliran atau diplomasi managemen konflik, bukan diplomasi kesepakatan akhir atau pemberian solusi. Yang baru dalam hal ini; ini tidak terkait dengan ancaman-ancaman Amerika terhadap Palestina atau Arab ala George W. Bush; lakukan dulu, jika tidak!!!. Atau dengan cara mengajukan janji-janji ‘sakit’ kepada Palestina berupa symbol dan jargon “dua Negara” kemudian kepada Israel diberi janji mendirikan dua Negara dengan syarat Negara zionis ini dan perluasan pemukiman. Presiden Barack Obama memiliki jargon perubahan. Perubahan dimatanya hanya tidak menempuh strategi perang antisipasi. Namun strategi “memancing” perang, menekan, terus meminta tunduk kepada pengaruh Amerika, membela sekutu-sekutuhnya seperti Isreal masih terus ditempuh oleh Obama. Hal-hal terakhir ini tidak masuk dalam cakupan jargon perubahan.

Ini harus dipahami agar kita memahami presiden Obama tanpa terjebak dalam waham Arab dan Palestina. Ini kami katakan ketika sejumlah contoh jelas dan nyata berupa keputusan-keputusan yang diambil Obama yang membuktikan apa yang kami katakana. Misalanya, pemerintah Amerikan Serikat beberapa pecan lalu mengumumkan secara resmi bahwa mereka tidak akan ikut dalam konferensi anti rasisme yang digelar oleh PBB. Konferensi ini membawa nama konferensi Durban, kota di Afrika Utara yang kali ini digelar di Jenewa. Factor sikap dan keputusan Amerika ini adalah bahwa piagam konferensi yang sudah disiapkan sejak sekarang salah satunya berisi kecaman terhadap “perbudakan”, mengecam rasisme kulit hitam, anti semua yang berbau rasisme dan diskriminasi. Pasal ini pastii akan mencakup rasisme gerakan zionisme terutama dalam lingkup politik Israel terhadap Palestina. Amerika menolak menandatangani piagam ini dan menarik diri dari konferensi ini ketika digelar kali pertama. Untuk saat sekarang ia sudah menyatakan menolak ikut. Menyusul pernyataan Amerika ini, Israel menyambut baik sikap Amerika.

Jadi sikap Amerika tidak ikut dalam konferensi sebagai bentuk bentuk pembelaan dan penjagaan terhadap Israel yang terkena tudingan rasis. Sikap Amerika ini akan melegakan pusat-pusat lembaga Israel penekan di dalam Amerika.

Masih ada yang lain. Presiden Obama (kulit hitam) yang didukung warga Amerika kulit hitam berlepas diri dari pengumuman Amerikan mengecam perbudakan yang dialami kulit Amerika hingga tahun 1960. Perubahan sebagai jargon utama Obama tidak mencakup perang anti perbudakan. Ini artinya Lobi Yahudi masuk sangat efektif dan masih menekan serta mampu melakukan tekanan-tekana untuk kepentingan Israel.

Beberapa saat lalu terjadi perang Lobi Yahudi Israel melawan Obama. Ketika itu ketahuan Obama ingin mengangkat Chas Farimen, sebagai ketua Dewan Intelijen Nasional. Mayoritas di Kongres Amerika menolak penunjukan ini. Secara terang-terangan penyebab penolakan ini adalah karena sikap-sikap Farimen karena ia anti politik Israel terhadap Palestina. Ia juga anti politik Amerika yang memusuhi Cina.

Bagian kita sebagai bangsa Arab dan Palestina dari politik lentur dari Obama yang diwakili oleh George Michael yang laporannya mendukung kondisi Palestina – Israel tahun 2002. Mithcael mengeluarkan laporannya yang moderatnya yang menyerukan dihentikan aksi permukiman Israel. namun di sisi lain menyerukan dihentikan aksi intifadah Palestina. mungkin Mitchael adalah orang baik yang akan menekan Israel menerapkan Peta Jalan Damai. Atau akan menekan menghentikan permukiman Israel atau pemukiman yang tidak legal – seperti mereka katakan, seakan permukiman sisasnya legal – namun tetap saja itu bukan solusi politik.

Bagi Palestina dari semua pihak harus pandai mengambil pelajaran ini.

Bagi mereka yang yakin dengan perundingan dengan Israel, ia harus memahami gaya perundingan Amerika yang akan ia terapkan ketika memaintens antara Palestina dan Israel.

Bagi pihak Palestina yang menolak jalan yang ditempuh oleh Otoritas Palestina yang ikut dalam perang Gaza, mereka harus memahami cepatnya gerak angina politik internasional. Namun gerak cepat politik itu bisa jadi tidak cukup untuk mendorong ‘kapal’ perjuangan Palestina sesuai dengan yang diharapkan.

Bagi pihak Arab yang memaintenes rekonsiliasi nasional Palestina harus menyadari dan paham isyarat-isyarat Amerika yang memerlukan upaya menyimpulkan strategi yang perlu diambil Arab dalam hal ini sehingga mereka tidak terjebak dalam waham atau hanya pesimis. Mereka harus membuat kaidah baru sebagai dasar membangun hubungan baru dengan Palestina, perlawanan, politik secara bersamaan. Bukan dalam hal politik saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar