Senin, 30 Maret 2009

Situ Gintung Antara Musibah, Kampanye, dan Tontonan


Jika musibah ini tidak terjadi, apakah parpol akan memperhatikan mereka?




Menurut laporan Kantor Berita Antara, jebolnya Waduk Situ Gintung di Tangerang Provinsi Banten hingga kini telah menelan korban jiwa sebanyak 61 orang dan 73 lainnya dinyatakan hilang. Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya AKBP Chryshnanda mengatakan, Polda Metro Jaya mencatat masih ada 73 orang yang dinyatakan hilang akibat jebolnya tanggul Situ Gintung Data ini diperoleh diperoleh dari posko evakuasi yang dibentuk oleh Polres Metro Jakarta Selatan di Kampus STIE Ahmad Dahlan Ciputat. Selain itu, 183 rumah dan belasan kendaraan rusak diterjang banjir akibat jebolnya Waduk Situ Gintung.

Sementara itu, bantuan untuk para korban jebolnya Situ Gintung terus mengalir. Hingga Sabtu ini (28/3), para korban mendapatkan sejumlah bantuan berupa makanan, pakaian, selimut, dan obat-obatan.Menelusuri lokasi kejadian, tampak sejumlah kotak-kotak makanan siap saji yang menumpuk di pinggir jalan. Kotak makanan tersebut masih terisi penuh. Begitu juga nasi bungkus yang banyak berceceran di sudut-sudut jalan. Hal ini diperkirakan karena terlalu banyak makanan siap saji yang diberikan. Menurut salah satu korban jebolnya Situ Gintung ini, makanan itu banyak dibagikan saat hari menjelang tengah malam.

Adapun Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah juga tak ketinggalan turut andil dengan memberikan bantuan berupa selimut 500 potong, pakaian, alas tidur dan makanan ringan serta mendirikan dapur umum bagi korban jebolnya Situ Gintung. Melalui Kepala Biro Humas dan Protokol Pemprov Banten Nandy Mulya di Serang, Atut mengatakan, telah didirikan posko pengungsian di Universitas Muhammadiyah, dan bagi warga yang menginap di posko tersebut sudah disiapkan sejumlah peralatan tidur, termasuk dapur umum. Warga yang rumahnya mengalami kerusakan akibat jebolnya bendungan Situ Gintung juga mendapatkan santunan Rp5 juta per kepala keluarga. Menurut Atut, santunan itu diberikan untuk warga yang rumahnya mengalami kerusakan ringan.

Para parpol juga sepertinya tidak mau kehilangan momen penting ini untuk menarik simpati rakyat. Sepanjang pemantauan Kompas.com, hingga Sabtu (28/3) siang di sekitar lokasi kejadian, terlihat posko berbendera Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Demokrat, dan Partai Amanat Nasional (PAN). Ketua Umum PAN Soetrisno Bachir mengatakan, partainya memberikan bantuan berupa posko dan kebutuhan korban. “Kita akan memberikan pakaian, selimut, makanan serta minuman,” terang Soetrisno, Jumat (27/3).

Selain itu, terlihat juga beberapa mobil penyedia air bersih dari Partai Golkar. Ada juga ambulans yang berlambang kepala banteng milik PDI-P, dan ambulans dari Partai Gerindra. Para relawan juga terlihat menerima kaos-kaos yang berlambang partai-partai tersebut. Kepedulian parpol tulus ataukah dalam rangka mencari simpati menjelang pemilu? Para korban tampaknya tak peduli.

Kejadian seperti ini di negara kita sudah menjadi pemandangan umum. Para parpol dengan memanfaatkan momen seperti ini berupaya menarik suara sebanyak-banyaknya dari masyaratak. Mereka berusaha menyakinkan kepada rakyat bahwa partainya paling peduli kepada masyarakat keicil. Namun setelah mereka mendapat suara dan di saat menikmati jabatan serta posisi penting mereka mulai melupakan rakyat. Para caleg yang diusung setiap partai pun tak luput dari hal ini. Di saat mereka membutuhkan suara rakyat saja, seolah-olah keluar sebagai pembela rakyat kecil. Hal inilah yang patut disayangkan di negara kita. Mental setiap partai dan caleg sudah saatnya diperbaiki dan rasa nasionalisme juga harus dipupuk kembali, khususnya terhadap generasi muda. Karena merekalah yang nantinya menjadi harapan bagi nusa dan bangsa.

Bencana dijadikan kampanye untuk merebut simpati dan suara rakyat sebenarnya kurang baik. Seharusnya bantuan dari setipa partai kepada rakyat harus dilakukan bukan hanya dalam momen-momen tertentu, tapi partai harus menjadi bagian dari kehidupan rakyat. Selain itu, minimnya kesadaran berpolitik di Indonesia juga merupakan masalah tersendiri. Dan hal inilah yang dimanfaatkan sejumlah kalangan demi kepentingan mereka.

Lain lagi sikap yang ditunjukkan masyarakat kita. Sebagian masyarakat malah menjadikan bencana yang menimpa saudara-saudara mereka sebagai tontonan. Mereka datang ke lokasi hanya melihat-lihat keadaan tanpa melakukan tindakan apapun. Seolah-olah mereka sedang pesiar. Ratusan warga masih terus berdatangan ke lokasi jebolnya tanggul Situ Gintung.

Tanah yang lengket akibat hujan tidak menghalangi mereka untuk berkeliling di daerah Situ Gintung. Tak jarang komentar rasa tidak percaya keluar dari bibir mereka. Namun sayang, warga yang datang kebanyakan hanya melihat-lihat reruntuhan yang tersisa, tanpa membantu tim SAR yang sedang berkerja. Banyaknya warga yang hanya menonton tragedi tersebut membuat jengkel seorang keluarga korban. Suyah (55), yang kehilangan tiga sanak saudaranya, merasa kesal karena warga hanya menonton dan tidak memberikan pertolongan. “Mending pada bantuin daripada cuma ngeliatin doang,” gerutu Suyah.

Sikap yang ditunjukkan masyarakat kita ini patut mendapat penyesalan. Lalu timbul dalam benak kita, sudah begini parahkan rasa solidaritas masyarakat kita yang terkenal santun ini. Mereka terhadap saudaranya yang tertimpa musibah hatinya tidak terketuk untuk memberikan bantuan. Malah hanya mengucapkan rasa kasihan. Padahal mereka menyaksikan saudaranya tengah tertimpa kesusahan.

Sementara itu, pemerintah diminta untuk menyelidiki sebab musibah ini. Antara melaporkan, Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Ginandjar Kartasamita mendesak pemerintah pusat, Pemda Banten dan Tangerang menyelidiki penyebab jebolnya tanggul Situ Gintung dan segera mengambil langkah tanggap darurat mengatasi dampak musibah itu.

“Pemerintah harus segera melakukan penyelidikan yang cermat dan seksama,” kata Ginandjar kepada ANTARA, Sabtu, seraya mengungkapkan pernyataan duka citanya untuk masyarakat sekitar Situ Gintung terkena musibah itu.Menurut Ginandjar, penyelidikan yang menyeluruh dan cermat sangat dibutuhkan untuk mengetahui dan memastikan apakah musibah kecelakaan atau bencana alam yang tidak bisa dihindarkan manusia.

Ia juga menyatakan penyelidikan ini untuk memastikan kejadian itu tidak berkaitan dengan pemilu.Ginandjar menyatakan, DPD telah meminta pemerintah pusat dan daerah segera mengambil langkah-langkah penyelamatan warga. “Tanggap darurat ini untuk mencegah penderitaan masyarakat yang lebih besar lagi,” ujarnya.

Kompas.com menulis, Menko Kesra Aburizal Bakrie mengatakan, pemerintah masih menuggu hasil verifikasi guna mencairkan bantuan untuk pembangunan rumah-rumah yang rusak akibat jebolnya tanggul Situ Gintung di Cireundeu, Ciputat, Tangerang, Banten, Jumat (27/3).”Kita sudah kerahkan alat-alat berat untuk mencari mayat korban tanggul Situ Gintung yang masih belum dapat,” katanya, di Taman Alun-alun Kapuas Pontianak, Sabtu.

Ia mengatakan, selain mencari korban yang belum ditemukan, pemerintah juga sedang berupaya membangun kembali tanggul yang runtuh tersebut. Terkait berapa besarnya dana tanggap darurat yang akan dialokasikan, ia mengatakan, pihaknya masih menunggu hasil verifikasinya. “Pada dasarnya kita siap karena dananya sudah ada,” ujarnya. Aburizal mengatakan, langkah ke depan, pemerintah akan melakukan relokasi permukiman di sekitar tanggul itu karena sangat berbahaya dan rawan terkena musibah serupa.

Sementara itu, sejumlah seruan kepada pemerintah mulai bermunculan. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menuntut kepada pemerintah untuk membuat sistem peringatan dini (Early Warning System) kepada masyarakat di sekitar situ di wilayah Jabodetabek (Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi).”Early Warning System segera dibenahi. Maksimal 24 jam besok sudah ada peringatan kepada masyarakat di daerah rawan,” kata Juru Kampanye Air dan Pangan Walhi Nasional Erwin Rustam yang dihubungi ANTARA News di Jakarta, Sabtu, mengenai solusi pasca tragedi Situ Gintung, Ciputat, Tangerang.Pemerintah juga harus merevitalisasi sekitar 200 situ yang ada di Jabodetabek untuk menampung air hujan dari daerah yang lebih atas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar