Dalam beberapa tahun terakhir, citra dan popularitas AS di tengah masyarakat Arab merosot drastis. Sejak delapan tahun terakhir, Gedung Putih telah memaksakan dua perang berdarah terhadap warga di kawasan dan menduduki dua negara Islam sekaligus yaitu, Irak dan Afganistan. Meskipun invasi AS telah menggulingkan rezim diktator di kedua negara itu. Namun, pendudukan tersebut juga telah mendatangkan sejumlah petaka bagi warga setempat seperti, kekerasan, pembantaian, instabilitas, dan dampak negatif lainnya.
Selama delapan tahun lalu, Washington mendukung penuh kebijakan dan aksi yang dilakukan Rezim Zionis Israel. Dukungan ini sebenarnya sudah berlangsung sejak beberapa dekade lalu. Perang 33 hari di Lebanon dan perang 22 hari di Jalur Gaza membuktikan bahwa Rezim Zionis Israel dalam setiap aksi brutalnya selalu bertumpu pada Gedung Putih. Pembantaian massal warga di kawasan dan segala bentuk kejahatan lainnya dilakukan Israel dengan mendapat lampu hijau dari Washington.
Hilir mudiknya sejumlah pejabat AS dan Eropa ke tanah pendudukan dapat disimpulkan bahwa tujuan kunjungan Hillary Clinton adalah untuk menegaskan kembali dukungan Gedung Putih terhadap Rezim Zionis Israel. Dukungan AS terhadap sejumlah kejahatan Israel telah mengundang kritikan luas masyarakat dunia terhadap kebijakan represif Gedung Putih. Untuk itu, Washington berencana memberikan bantuan beberapa juta USD untuk Gaza pada pertemuan Sharm el-Sheikh, Mesir. Tujuannya adalah untuk mengesankan itikad baik Washington. Namun ada tujuan yang lain di balik itu, yaitu memperlebar friksi antar kelompok Palestina dan menyudutkan Hamas.
Sejumlah sumber berita menyebutkan bahwa Hillary Clinton akan kembali menekankan kebijakan pembentukan dua negara di negeri pendudukan sebagai proses kelanjutan perundingan damai Timteng. Kebijakan ini mulai mengemuka pada masa pemerintahan Bush sehingga memungkinkan terbentuknya dua negara merdeka yang berkedudukan di Tepi Barat Sungai Jordan dan Jalur Gaza. Kebijakan tersebut jelas tidak mendapat legalisasi Israel. Oleh sebab itu selama beberapa tahun terakhir, mereka mengerahkan segala upaya guna mencegah terbentuknya negara merdeka Palestina.
Peralihan tongkat kekuasaan di Gedung Putih yang disusul dengan jatuhnya kekuasaan ke tangan kubu ekstrim di Tel Aviv telah memburamkan proses perdamaian di Timur Tengah. Realita ini akan menambah rentetan masalah yang tengah dihadapi Washington. Sebagian pengamat melihat kunjungan Hillary hanya sebatas untuk melihat dari dekat transformasi di kawasan. Oleh karena itu, kunjungan ini tidak akan menghasilkan sesuatu bagi Gedung Putih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar