Rabu, 18 Februari 2009

Mengapa Yahudi Makin Ekstrem?

Dr. Fayez Abu-Shamala

"Ini adalah negara demokratis Yahudi" Ini yang dibanggakan oleh "Tzipi Livni" di suatu malam saat memberikan sambutan kemenangan, sebelum di pagi hari diumumkan bahwa partai ekstrim pihak Yahudi telah memenangkan 65 kursi, sedangkan lebih ringan radikalismenya memenangkan 44 kursi. Sisanya dari 11 suara parlemen diperoleh oleh Arab. Kemenangan ini membuat sedang kelompok kanan ekstrim membuat Silvan Shalom salah satu elit partai Likud mengatakan, “Tidak ada pemerintah persatuan nasional, tidak ada pertukaran jabatan perdana menteri dari partai Kadima dan Likud. Pemerintah hanya untuk kelompok ke kanan.


Dengan persentase tinggi ini seharusnya muncul pertanyaan: Mengapa orang-orang Yahudi cenderung kepada kelompok yang paling ekstrim kanan?

Sejumlah analis mencoba menghubungkan Partai Buruh Israel yang rontok perolehan kursinya [19 kursi untuk 13 kursi] dan antara terus serangan roket Palestina ke selatan Israel. Suara partai Buruh menurun di kotaAshdod dari 11% pada pemilu sebelumnya menjadi 5% pada saat pemilihan kali ini. Penurunan prosentasi yang hampir sama juga terjadi di kota Be'er Sheva, Ashkelon. Ini mengisyaratkan bahwa warga Israel di sana memberikan sanksi kepada kepada Menteri Pertahanan yang gagal mempertahankan mereka di kota-kota di selatan Israel. Namun penurunan Partai Buruh juga terjadi di kota-kota tengah Israel dan utara Israel yang tidak mendapatkan serangan roket Al-Qassam. Bahkan Partai kiri "Meretz" yang sebelumnya memiliki lima kursi di Knesset Israel, menurun menjadi tiga kursi. Ini menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan radikal dalam psikologis, mental, dan emosional serta logika orang-orang Yahudi mengenai warga Palestina, dan wilayah secara keseluruhan.


Ada dua faktor yang mendorong masyarakat Israel menjadi ekstrimis; pertama: rasa takut berlebihan yang menyentuh syaraf kehidupan di negara Yahudi. Kekhawatiran itu timbul akibat bahaya yang mengancam mereka namun bahaya itu tidak jelas. Ketakutan ini akhirnya menggerakkan warga yahudi untuk berporos kepada warisan sejarah, dan keyakinan terhadap idelogi rasisme. Dari sana kemudian mereka mencari jalan keluar. Alasan ketakutan ini kembali kepada meningkatnya perlawanan Palestina dan Lebanon, dan perubahan-perubahan yang menggelisahkan negara negara Yahudi.

Kubu ekstrimis [Lieberman] memanfaatkan situasi ini. Ia berperan dalam memperuncing dengan menggulirkan undang-undang pewarganegaraan terhadap warga Palestina wilayah 48, mengancam akan menghabisi Hamas, menghancurkan Jalur Gaza dengan bom nuklir, bahkan kepada Mesir yang tidak lagi mencegah penyelundupan senjata, dan atas Iran yang memberi senjata kepada perlawanan.

Factor kedua yang menyebabkan Yahudi lebih ekstrimis karena keyakinan berlebihan bahwa mereka melakukan semuanya tanpa ada sanksi dan perhitungan. Tindakan jahat mereka tidak pernah mendapatkan reaksi berarti dari bangsa Arab. Perasaan ini semakin kuat sehingga mereka menghina bangsa Arab ketika Liga Arab memasang iklan di media Israel untuk mempromosikan prakarsa Arab untuk perdamaian yang tidak pernah didengar Israel. Kedua, setelah 22 hari perang kejahatan Israel dann semua senjata di dikerahkan ke Jalur Gaza di depan mata dan telinga negara-negara Arab namun mereka hanya bisa diam. Secara lahir mereka hanya memberikan makanan dan dan obat-obatan. Kecenderungan negara Yahudi kepada ekstrmis kanan karena ketidak berdayaan politik Arab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar