Rabu, 18 Februari 2009

Pemilu Israel Mengungkap Fakta-fakta Historis

Ali Thaemat

Al-Watan Qatar

Hasil pemilihan umum Israel mengungkap fakta sejarah masyarakat Israel yang memilih pemimpin mereka paling radikal, rasisme dan terorisme. Ini berarti mereka semakin menganggap murah darah Palestina dan semakin menajuh dari perdamaian berdasarkan hukum internasional. Termasuk dengan persyaratan perdamaian dan keamanan secara bersama-sama antara kedua pihak; antara komitmen dengan hak-hak Palestina dengan mengembalikan tanah Palestina yang dijajah dan mendirikan Negaranya dengan ibukota Al-Quds. Hasil pemilu hasil tidak mengungkapkan perpecahan dalam masyarakat Israel, seperti keyakinan sebagian orang. Karena semua partai Israel satu garis lurus yang mengarah kepada pencapaian proyek zonisme di kawasan. Meskipun ada perbedaan atau pengelabuan namun intinya semua adalah haus darah dan terorisme, para pemimpinnya menikmati dan bangga dengan aksi pembunuhan. Mulai dari yang jelas-jelas ekstrim atau abu-abu berkedok kesepakatan Arab untuk membantai Palestina.

Selama bertahun-tahun negosiasi antara pihak-pihak Arab yang terpecah-pecah dan Israel yang bersatu saling bahu-membahu, darah Palestina tidak pernah berhenti mengalir dan aksi dan aksi permukiman Yahudi tidak pernah berhenti satu saat pun, sepanjang pemerintah Israel silih berganti.
Realitas di Israel menunjukkan bahwa pemerintah koalisi mereka tidak akan terbentuk kecuali pemerintah berwatak ekstrim. Di tahun-tahun mendatang proses perdamaian akan lebih gelap dan kering. Baik pemerintah yang dibentuk Partai Kadima yang dipimpin oleh Tzipi Livni atau dari Partai Likud pimpinan Benjamin Netanyahu. Keduanya akan berlomba-lomba melakukan tindakan ekstrimis apalagi keduanya adalah murid dari dua penjahat dan teroris Menachem Begin dan Ariel Sharon. Pemerintah Israel saat ini tidak akan jauh beda dengan pemerintah sebelumnya. Ini pesan kepada masyarakat Arab untuk segera sadara. Salah jika ada anggapan bahwa parati Israel, terutama «Kadima» atau partai Buruh sebagai parta kiri yang berbeda dengan Partai Likud dan Israel Beetena yang kanan. Semua partai tersebut adalah kanan ekstrim. Bedanya pada inti seperti Likud dan Israel Beetena adalah partai terang-terangan sebagai teroris, sementara yang lain seperti Kadima dan Buruh menyembunyikan terorisme di balik topeng (entah itu proses damai atau lainnya) namun tetap menomor satukan kepentingan Israel.

Para pemimpin partai-partai ini adalah para teroris dan haus darah di urutan pertama. Livni misalnya, yang dikenal moderat, ia menyerang darah dan watak terorisme dari ayahnya langsung sejak kecil Eitan Livni, yang dikenal sebagai «Eitan terrible», mantan komandan Divisi Operasi dari organisasi teroris «Atzl», yang dipimpin oleh Menachem Begin. Livni adalah salah satu aktivis dan menteri «Likud» di era Sharon. Ia juga termasuk kalangan kaum muda dalam partai Likud, yang menantang dan mengancam pemimpin mereka, Begin yang hamper saja menandatangani perjanjian damai di Camp David dengan Presiden Mesir Anwar Sadat. Sementara Ehud Barack merupakan jenderal radikal dan pembunuh kelas satu dan dialah orang yang membantai tiga pemimpin PLO di Beirut pada tahun 1973. Cukuplah sebagai bukti bahwa dia Menteri Pertahanan pada saat terjadi Holocaust di Gaza, yang darah anak-anak dan perempuan belum kering hingga sekarang. Adapun Lieberman dari partai Moldova adalah pecahan «Likud» yang terang-terangan menampakkan ekstremismenya hingga ke ubun-ubun dan meminta pengusiran warga Palestina yang masih ada di wilayah jajahan tahun 1948, ia juga yang menyerukan agar Jalur Gaza dibom dengan bom nuklir.


Ini adalah gambar sesungguhnya Israel. Lantas apa yang kalian lakukan wahai bangsa Arab. Bukan kewajiban kalian adalah segera bergerak dengan cepat dan membaca kembali (meralat) pilihan-pilihan kalian selama ini untuk keluar dari kelemahan terhadap situasi untuk membalas pesan-pesan Israel. Atau mereka akan melakukan seperti yang mereka lakukan ketika bersama Sharon karena kelemahan kalian begitu akut mereka mengatakan “kita berikan kesempatan”. Tapi kesempatan itu tidak dimanfaatkan Arab. Akhirnya Israel mencaplok sebagian besar wilayah Tepi Barat. Padahal sekarang pelung sangat mendukung dengan kemenangan Hamas dalam pemilu. Tapi sayang, Jalur Gaza justru diblokade. Hingga sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar